Tampilkan postingan dengan label Manajemen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Manajemen. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 20 April 2024

Persepsi Harga (Perceived Price)


Alma (2016) mengatakan bahwa harga adalah nilai suatu benda atau barang
berupa uang. Menurut Kotler dan Amstrong (2018) harga adalah nilai yang
dikorbankan pelanggan untuk mendapatkan suatu produk atau jasa. Harga termasuk
informasi untuk mengevaluasi tingkat layanan yang dapat mempengaruhi perilaku
pembelian pelanggan. Selain itu, harga secara signifikan mempengaruhi niat
membeli karena adanya perubahan produksi berdampak besar pada pelanggan
(Liew, 2015).
Harga dapat mempengaruhi ekspektasi nilai pelanggan terhadap restoran.
Harga sebenarnya tidak akan meningkatkan kualitas suatu produk atau layanan,
tetapi pasti akan meningkat mempengaruhi nilai subjektif. Saat mengevaluasi
kualitas suatu produk atau layanan, semakin tinggi harga, semakin tinggi kualitas
yang diharapkan pelanggan, karena harga yang lebih tinggi menambah nilai yang
sama kualitas. Yang dan Mao (2014) menemukan bahwa harga yang lebih rendah
juga dapat dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi konsumen untuk
membeli. Meskipun harga yang dirasakan oleh pelanggan secara efektif akan
mengubah harga ekspektasi kualitas makanan, pelayanan, dan lingkungan fisik dari
suatu restoran. Oleh karena itu, penyedia layanan harus berkonsentrasi penetapan
harga yang akan mempengaruhi niat beli pelanggan.

Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian


Kualitas produk yang tinggi yang dimiliki oleh suatu produk secara langsung
dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginan konsumen bahkan dapat melebihi
apa yang diinginkan oleh konsumen oleh sebab itu kualitas produk dapat memengaruhi
keputusan pembelian konsumen (Sumiyati, 2020). Meningkatkan dan
mempertahankan kualitas produk merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh
perusahaan, dengan begitu dapat memengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan
pembelian.

Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian


Persepsi harga merupakan faktor yang sangat memengaruhi konsumen dari segi
harga, konsumen adalah individu dengan karakteristik yang berbeda-beda, penilaian
setiap konsumen terhadap produk atau jasa yang konsumen terima berbeda
(Retnowulan, 2017). Persepsi konsumen atas harga bisa membuat pengaruh kepada
konsumen untuk keputusan mereka dalam membeli produk, sehingga perusahaan harus
dapat membuat persepsi yang baik tentang produk atau jasa yang mereka jual.
Penelitian yang dilakukan oleh (Muharam dan Soliha, 2017) membuktikan bahwa
persepsi harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal
ini tentu menguatkan pandangan bahwa persepsi harga dari konsumen yang didasarkan

Indikator Keputusan Pembelian


Berikut ini merupakan lima proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh
konsumen menurut (Kotler & Keller, 2016) adalah sebagai berikut:

  1. Pilihan merek, konsumen mesti memilih merek mana yang akan dibeli, masingmasing merek mempunyai perbandingan, oleh karena itu perusahaan harus mampu
    membuat konsumen untuk memilih merek mereka.
  2. Pilihan agen, dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen mesti
    menentukan agen mana yang harus dituju. Setiap konsumen berbeda dalam
    menentukan agen, yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti lokasi
    geografis, harga murah, persediaan lengkap, kenyamanan berbelanja, dan ruang
    yang luas.
  3. Waktu pembelian, penentuan waktu pembelian calon konsumen harus bisa
    menentukan waktu ketika ingin membeli suatu produk yang mereka inginkan.
  4. Jumlah pembelian, jumlah merupakan total dari banyak suatu produk yang akan
    dibeli atau diinginkan oleh konsumen. Bisa jadi terdapat lebih dari satu produk
    yang akan dibeli. Maka dari itu, setiap perusahaan harus mampu menyiapkan
    jumlah produk yang sesuai dengan keinginan konsumen.
  5. Jenis atau metode pembayaran, dalam menentukan keputusan pembelian
    Konsumen dapat memilih menggunakan jenis dari metode pembayaran yang akan
    dilakukan dalam keputusan pembelian konsumen dalam membeli produk atau jasa
    sesuai dengan keinginan konsumen.

Peranan Dalam Keputusan Pembelian


Berikut ini terdapat lima peranan dalam pembelian adalah sebagai berikut
(Tjiptono, 2008):

  1. Initiator (pemrakarsa) merupakan individu yang memunculkan dan menciptakan ide
    pertama kali untuk membeli produk dan layanan.
  2. Influencer (memberi pengaruh) merupakan individu yang menyampaikan
    pandangan, nasihat, atau pendapatnya dan sangat memengaruhi dalam pengambilan
    keputusan pembelian.
  3. Decider (pengambil keputusan), setiap orang yang harus bisa menentukan
    menentukan keputusan pembelian, misalnya apakah jadi atau tidaknya membeli, apa
    yang dibeli, bagaimana cara membeli, atau di mana belinya.
  4. Buyer (pembeli), individu yang melaksanakan pembelian ketika sudah menentukan
    sikap dalam pengambilan keputusan.
  5. User (pemakai), merupakan individu pengguna dalam menggunakan produk atau
    jasa

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian


Berikut ini merupakan tahap-tahap dalam langkah pengambilan keputusan
pembelian menurut (Kotler dan Keller, 2016) adalah sebagai berikut:

  1. Pengenalan masalah dimulai dengan calon konsumen mengetahui adanya masalah
    dan kebutuhan. Kebutuhan itu dapat oleh tindakan rangsangan dari internal atau dari
    external pembeli.
  2. Pencarian informasi diawali ketika konsumen merasa atas kebutuhannya selalu
    didorong untuk melakukan pencarian informasi tentang produk dan jasa yang
    konsumen inginkan, mereka dapat mencari informasi dan memperoleh informasi
    dari berbagai macam sumber yang ada, seperti:
    a. Sumber internal yaitu berasal dari kerabat, teman, dan tetangga
    b. Sumber komersial yaitu berasal dari iklan produk, kemasan, dan penjual
    c. Sumber terbuka yaitu berasal dari media dan organisasi
    d. Sumber pengalaman yaitu berasal dari pengalaman dalam menggunakan
    produk tersebut sebelumnya.
  3. Evaluasi alternatif dalam proses ini tahap ini konsumen diarahkan kepada beberapa
    produk yang diinginkan, kemudian konsumen melakukan evaluasi terhadap produk
    mana yang akan dipilih yang sesuai dengan kebutuhan.
  4. Keputusan pembelian pada proses ini ketika konsumen benar-benar memutuskan
    untuk memilih dan membeli produk yang diinginkan, tetapi ada dua faktor yang
    memengaruhi pada saat memilih, yaitu sikap pada orang lain dan kejelekan suatu
    produk.
  5. Perilaku pasca pembelian pada tahap ini konsumen akan merasa puas atau tidak puas
    dari produk yang mereka pilih, dalam tahap ini akan menentukan konsumen dalam
    pembelian ulang.

Pengertian Keputusan Pembelian


Keputusan pembelian adalah aktivitas perseorangan yang berperan spontan
untuk mendapatkan dan menggunakan barang yang disediakan. Keputusan pembelian
dapat digambarkan sebagai proses dimana konsumen nyata ada dan membuat
keputusan untuk membeli produk, pada dasarnya dapat dikatakan bahwa konsumen
mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menentukan pembelian produk, dalam
keputusan pembelian terdapat langkah-langkah yang harus dilalui pembeli ketika
memilih produk dan layanan yang akan dibeli (Tjiptono, 2013). Keputusan pembelian
merupakan bagian dari tahap evaluasi konsumen untuk menciptakan alternatif
konsumen dalam membuat pilihan antar merek, dan mungkin muncul dalam bentuk
membeli merek yang diinginkan (Kotler dan Keller, 2016). Keputusan pembelian suatu
proses yang digunakan untuk menentukan keputusan pembelian suatu produk. Proses
dimulai dengan mengidentifikasi masalah, mencari informasi, kemudian mengevaluasi
dan lalu membuat keputusan pembelian, dan terakhir memperoleh perilaku pasca
pembelian dengan mengetahui perasaan puas atau tidak puas dari membeli produk
tersebut (Kotler, 2012).

Pengertian Kualitas Produk


Secara teknis produk merupakan sesuatu yang dapat dipasarkan memenuhi satu
atau lebih keinginan, termasuk barang fisik, layanan, pengalaman, peristiwa, individu,
tempat, properti, organisasi, informasi dan ide (Kotler dan keller, 2016). kualitas
produk merupakan kompetensi produk yang menunjukkan fungsinya. Kualitas adalah
kemampuan suatu produk untuk menjalankan fungsinya, termasuk daya tahan,
keandalan, kecepatan, penggunaan dan pemeliharaan, serta atribut berharga lainnya
(kotler dan Armstrong, 2012).
Kualitas produk adalah kondisi suatu barang, dan standar pengukuran
menentukan apakah memenuhi standar pengukuran yang ditetapkan (Handoko, 2016).
kualitas produk merupakan kemampuan suatu produk dalam memperlihatkan
manfaatnya, yang termasuk dalam keseluruhan daya tahan, ketepatan, kemudahan
pengoperasian, dan perbaikan produk serta atribut produk lainnya (Kotler, 2012).

Dimensi dan Indikator Persepsi Harga


Adapun indikator-indikator persepsi harga dalam sudut pandang konsumen adalah
sebagai berikut (Kotler dan Amstrong, 2016):

  1. Keterjangkauan harga, sebelum membeli konsumen akan mencari produk yang
    terjangkau, harga yang terjangkau adalah harga yang diharapkan konsumen.
  2. Harga ganjil yang ditetapkan, penetapan harga dengan angka ganjil, dimana biasanya akan
    meningkatkan daya tarik konsumen
  3. Kesesuaian harga dan kualitas produk, merupakan kualitas produk yang diberikan
    sesuai atau tidak dengan harga yang ditawarkan, konsumen tidak
    mempermasalahkan apakah harus membeli dengan harga yang relatif mahal,
    asalkan kualitas produk tersebut baik, namun konsumen lebih menyukai produk
    dengan harga rendah dan kualitas yang bagus.
  4. Kesesuaian harga dengan manfaat, konsumen akan membandingkan manfaat yang
    diberikan oleh produk apakah sesuai dengan harga yang dikeluarkan untuk
    mendapatkan produk tersebut sebanding dengan keuntungan yang diperoleh maka
    konsumen akan menetapkan keputusan pembelian. Ketika konsumen menganggap
    bahwa uang yang dikeluarkan lebih besar daripada manfaat yang diperoleh dari
    suatu produk, mereka akan mengira bahwa produk tersebut mahal, dan konsumen
    akan berpikir dua kali untuk membeli produk tersebut.
  5. Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga, sebelum memutuskan pembelian
    konsumen akan membandingkan harga dari setiap pilihan produk yang tersedia dan
    konsumen akan memilih lalu kemudian mempertimbangkan pada saat akan
    membeli produk tersebut apakah harga yang diberikan lebih rendah atau bahkan
    lebih mahal dari harga yang diberikan oleh pesaing.
  6. Periode harga yang ditetapkan, merupakan harga yang ditawarkan kepada
    konsumen dalam bentuk jangka waktu tertentu.

Pengertian Persepsi Harga


Harga merupakan nominal uang yang harus dikeluarkan untuk memperoleh
suatu produk atau jasa. Harga adalah nominal dari jumlah value yang dibebankan
kepada konsumen untuk memperoleh keuntungan dari manfaat-manfaat karena
memiliki produk atau jasa, dibenak konsumen dapat juga dapat disebut sebagai penentu
nilai produk (Kotler dan Armstrong, 2012). Harga adalah jumlah mata uang dan
layanan atau barang yang dapat digunakan pembeli untuk menukar beberapa produk
dan layanan yang disediakan oleh penjual (Tjiptono, 2015).
Persepsi harga merupakan suatu proses dimana konsumen menginterpretasikan
nilai harga atau atribut barang dan jasa yang diharapkan, saat konsumen mengevaluasi
dan meneliti harga produk ini sebagian besar dipengaruhi oleh perilaku konsumen itu
sendiri (Malik dan Yaqobo, 2012).
Persepsi harga adalah tentang memahami informasi harga disukai oleh
konsumen dan membuatnya bermakna. Mengenai informasi harga, konsumen dapat
membandingkan harga publish dengan harga produk yang dibayangkan atau kisaran
harga, persepsi harga akan membentuk persepsi masyarakat akan harga yang pantas
atas suatu produk (Peter dan Olson, 2014).

Persepsi Konsumen

Dalam membangun bisnisnya, perusahaan perlu menyusun dan menyiapkan
strategi pemasaran yang akan dipraktekan lebih mendalam dan terbuka guna
mengantisipasi situasi baru disaat mereka akan menghadapi pesaing-pesaing di
dunia bisnis (Kusuma et al., 2020). Dari fenomena tersebut perusahaan akan
bersaing lewat kemajuan teknologi, kebijakan baru, hukum baru yang dapat
mengakibatkan kesetiaan pelanggan berkurang. Perusahaan-perusahaan tersebut
akan berlomba dengan tujuan searah dan keinginan mereka guna mendapatkan
konsumen. Perusahaan memiliki cara mereka tersendiri agar dapat membuat
produknya dapat dipersepsikan pada konsumen dengan iklan penjualan yang
dominan atau agresif.
Persepsi merupakan suatu proses menstimulasi yang ditangkap indera manusia.
Kebanyakan konsumen mulai menstimulasi produk atau barang yang akan mereka
beli melalui indera penglihatan mereka. (Dzikira, 2021). Dalam menentukan
persepsi konsumen yang akan diamati ialah fenomena atau kebiasaan yang
dilakukan konsumen dalam melalukan keputusan pembelian disuatu gerai
berdasarkan beberapa faktor dan indicator yang akan diamati

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Konsumen


Dikutip dari penelitian yang dilakukan Nur Nasmah (2019) tentang faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas layanan grab
antara lain, kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, dan citra merek. Penelitian
yang digunakan ialah dengan metode kuisoner dengan skala likert sehingga
diperoleh kesimpulan kualitas pelayanan, citra merek dan kepuasan pelanggan
dapat mempengaruhi persepsi konsumen. Dari penelitian sebelumnya menjelaskan
bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen untuk
melakukan pembelian secara online seperti faktor kualitas pelayanan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap loyalitas pelayanan (Alfian et al., 2018). Faktor
kemudahan yang diberikan oleh startup akan mempengaruhi kepuasan pelanggan
dalam menggunakan Grabmart dalam sehari-hari.

  1. Citra Merek
    Dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya seseorang akan berusaha
    memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan cara berbelanja. Saat berbelanja
    konsumen akan dihadapkan dengan berbagai merek yang akan menjadi pilihan bagi
    konsumen untuk memilah-milah. Apabila konsumen telah memilih suatu merek
    untuk dibeli makan konsumen akan menggunakan citra merek tersebut untuk
    mendapatkan informasi dalam menilai suatu perusahaan. Konsumen yang memiliki
  2. Kualitas Pelayanan
    Kualitas peayanan merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk
    memperoleh pelanggan dan mempertahankannya . Salah satu upaya yang biasa
    dilakukan oleh perusahaan ialah memberikan kualitas layanan yang baik maka
    akan membuat pelanggan tertarik untuk membeli produk tersebut. Menurut Irfan &
    Saefurrahman (2020), kualitas pelayanan adalah tingkatan keunggulan yang
    diharapkan dengan harapan tingkat keunggulan keunggulan tersebut dapat
    memenuhi keinginan pelanggan.
  3. Kepuasan Pelanggan
    Kepuasan pelanggan pelayanan merupakan sebuah perlakuan yang diperoleh
    oleh pelanggan berdasarkan kualitas kinerja setelah melakukan keputusan
    pembelian dalam bentu produk atau jasa.
  4. Kemudahan
    Kemudahan merupakan rasa senang atau benefit yang didapatkan seseorang
    berdasarkan pengalaman dalam beraktifitas sehari-hari.
  5. Kebiasaan
    Kebiasaan adalah suatu bentuk kegiatan yang sering dilakukan dalam waktu
    tertentu dan terjadwal

Niat Beli Ulang


Niat beli ulang merupakan minat yang didasarkan atas pengalaman pembelian
yang telah dilakukan sebelumnya (Adriani & Warmika, 2019). Niat beli ulang
merupakan tingkat motivasi konsumen untuk mengulangi perilaku pembelian suatu
produk. Niat beli ulang merupakan konsekuensi dari kepuasan pelanggan, dimana
ketika pelanggan merasa puas maka mereka akan melakukan pembelian kembali di
tempat yang sama (Prasastono et al., 2012).
Niat beli ulang merupakan salah satu bentuk loyalitas pelanggan, loyalitas
pelanggan didefinisikan sebagai sikap dari pelanggan yang memberikan
keuntungan bagi bisnis dan menghasilkan perilaku niat membeli kembali (Dewi et
al., 2022). Niat beli ulang adalah kecenderungan perilaku membeli kembali dari
konsumen terhadap suatu produk barang atau jasa yang dilakukan berulang dalam
jangka waktu tertentu dan didasarkan pada pengalaman dimasa lalu (Putu et al.,
2018).

Kepuasan Pelanggan


Kepuasan pelanggan merupakan motivator yang menentukan niat perilaku
seseorang terhadap penggunaan teknologi informasi (Liao et al., 2009). Kepuasan
pelanggan merupakan evaluasi pelanggan mengenai kualitas produk atau layanan
dan seberapa jauh harapan tersebut terpenuhi (Nimako, 2010). Kepuasan pelanggan
dipengaruhi oleh masa lalu dan sangat penting dalam mendorong serta
mempertahankan perilaku pembelian konsumen.
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku konsumen untuk melakukan pembelian kembali (Adriani & Warmika,
2019). Kepuasan pelanggan juga merupakan tujuan utama dari bisnis e-commerce
dan merupakan hal yang penting dalam semua aktivitas bisnis (Lee et al., 2022).
Ketika kinerja suatu produk atau layanan melebihi harapan, maka kepuasan
pelanggan akan meningkat dan merupakan faktor kunci dalam aktivitas bisnis.

Kualitas


Kualitas yang dirasakan adalah dimensi lain dari nilai merek yang sangat
penting bagi pelanggan dalam memilih barang dan jasa yang akan dibeli (Aaker,
1991). Kualitas yang dirasakan berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Kurniawan, 2016). Kualitas
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen sebelum memilih suatu
produk atau layanan (Siburian & Zainurossalamia, 2016). Kualitas juga merupakan
penilaian konsumen tentang keunggulan suatu produk secara keseluruhan (Chang
& Ko, 2014).

  1. Nilai
    Nilai yang dirasakan merupakan suatu akibat atau keuntungan yang diterima
    oleh pelanggan dan merupakan perbedaan antara manfaat-manfaat yang diterima
    dengan biaya-biaya yang dikeluarkan (Syamsiah, 2009). Nilai yang dirasakan
    adalah evaluasi pelanggan terhadap nilai produk dan tentang apa yang telah mereka
    berikan dan apa yang mereka terima (Chang & Ko, 2014). Nilai adalah manfaat
    yang akan diperoleh oleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu yang dapat
    berupa nilai produk, nilai pelayanan, dan nilai citra (Krisno & Samuel, 2013).
  2. Inovasi
    Inovasi menurut (Chang & Ko, 2014) adalah persepsi konsumen tentang
    kemampuan relatif suatu merek untuk terbuka terhadap ide-ide inovatif dan
    mengerjakan sesuatu atau solusi yang baru. Inovasi dapat diartikan sebagai
    implementasi praktis sebuah gagasan ke dalam produk atau proses baru (Tjiptono,
    2008). Produk baru atau inovasi adalah barang, jasa maupun ide yang dipersepsikan
    sebagai sesuatu yang baru dan berbeda dari produk atau jasa yang telah ada
    sebelumnya (Rasyid & Indah, 2018).
  3. Popularitas
    Popularitas mengacu pada persepsi konsumen tentang popularitas relatif
    merek yang tercermin dari kesadaran dan konsumsi merek (Chang & Ko, 2014).
    Popularitas adalah suatu peristiwa yang mana seseorang, produk, atau konsep
    disukai dan mendapatkan banyak perhatian dari pelanggan (Gangel et al., 2017).
    Popularitas atau kepopuleran sesuatu di kalangan pengguna teknologi, sering
    terlihat dan sudah dikenal banyak kalangan. Popularitas juga dapat diartikan dengan
    seberapa banyak orang yang mengetahui suatu produk atau merek tertentu (Nathani
    & Budiono, 2021)

Kepemimpinan Merek


Kepemimpinan Merek merupakan “persepsi konsumen tentang suatu merek
yang relative khas untuk terus mencapai keunggulan melalui kombinasi yang cukup
dari trendsetter dan posisi merek dengan segmen industri” (Chang & Ko, 2014).
Konsep kepemimpinan merek Akker (1996) diidentifikasi sebagai atribut suatu
merek yang penting dan sejauh mana konsumen dapat mengetahui suatu merek
sebagai merek yang dikenal sukses, visioner dan dikenal (Chang et al., 2016).
Kepemimpinan merek tidak dinilai dari berbagai indikator kinerja pasar
merek, seperti harga premium, elastisitas harga, pangsa pasar, dan keberhasilan
untuk mendapatkan keuntungan atau profitabilitas (Chiu & Cho, 2019). Terdapat
empat dimensi di dalam kepemimpinan merek yaitu kualitas, nilai, inovasi dan
popularitas. Keempat dimensi tersebut secara efektif mencerminkan aspek-aspek
dari proses pengambilan keputusan konsumen (Chang et al., 2016).

Persepsi Harga


Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur dan
menafsirkan manfaat, kemudian, berfokus pada apa yang kita perbuat dalam
menambahkan suatu yang mentah untuk memeberi meeka makna (Solomon,
2007). Harga merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran,
pengertian harga sendiri menurut Swastha dan Irawan (2005) adalah
sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapat sejumlah kombinasi dari
barang beserta pelayanannya. Harga suatu produk atau jasa bersifat relatif,
karena tiap individu memiliki daya beli yang berbeda-beda. Dapat
dikatakan, persepsi terhadap harga antara individu satu dengan yang lain
berbeda-beda. Persepsi harga adalah pandangan mengenai persepsi atau
harga mengenai harga bagaimana pelanggan memandang harga tertentu
(tinggi, rendah, wajar) mempengaruhi pengaruh yang kuat terhadap maksud
memebeli dan kepuasan memebeli (Schiffman dan Kanuk, 2008).
Konsumen memiliki pandangan mengenai kewajaran harga, tinggi
rendahnya harga dalam mempengaruhi kepuasan membelidan intensitas
membeli sebuah produk. Persepsi ketidakadilan harga dapat mempengaruhi
persepsi konsumen terhadap nilai produk. Strategi yang mengurangi
ketidakadilan terhadap harga akan meningkatkan pandangan terhadap nilai
produk (Schiffman dan Kanuk, 2008).
Tjiptono (2008) mengemukakan bahwa harga memiliki dua peranan
utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yakni:
a. Peranan alokasi dari harga
Fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara
memperoleh manfaat tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya.
Dengan demikian dengan adanya harga dapat membantu para pembeli untuk
memutuskan cara mengalokasikan daya belinya pada berbagai jenis barang
atau jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang
tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.
b. Peranan informasi dari harga
Fungsi harga dalam “mendidik” konsumen mengenai faktor-faktor
produk, seperti kualitas.Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana
pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produksi atau
manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa
harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.
Produk yang akan dijual ke masyarakat haruslah memiliki harga
sebagai patokan dalam melakukan penjualan produk tersebut, untuk itu
dilakukanlah penetapan harga sebagai patokan nilai untuk produk tersebut.
Perusahaan harus menetapkan harga pada saat pertama kali mereka
mengembangkan produk baru, ketika perusahaan memperkenalkan produk
regulernya ke saluran distribusi atau wilayah geografis baru, dan ketika
perusahaan memasukkan penawaran pekerjaan kontrak baru. Perusahaan
harus memutusan dimana perusahaaan akan memposisikan produknya
berdasarkan kualitas dan harga (Kotler dan Armstrong 2010). Menurut
Kotler dan Armstrong (2010) ada empat pendekatan dalam penetapan harga,
yakni:
a. Strategi harga premium, menghasilkan produk bermutu tinggi dan
memasang harga paling tinggi.
b. Strategi harga ekonomi, menghasilkan produk bermutu rendah dan
memasang harga paling rendah.
c. Strategi nilai baik, menghasilkan suatu tinggi tetapi dengan harga
yang lebih rendah.
d. Strategi penetapan harga tinggi, menetapkan harga produk tinggi
sehubungan dengan produk tinggi, namun untuk jangka panjang
produk tersebut ditinggalkan oleh konsumen karena keluhan terhadap
harga tersebut.

Citra Merek (brand image)


Citra merek adalah seluruh persepsi oleh pembeli mengenai situasi
merek. Sikap dan tindakan konsumen terhadap suatu merek sangat
ditentukan oleh citra merek. Hal ini dikarenakan citra merek sangat
berhubungan dengan keyakinan konsumen terhadap suatu produk atau
merek. Adapula merek didefinisikan sebagai internalisasi sejumlah kesan
yang diterima oleh pelanggan dan konsumen yang mengakibatkan adanya
suatu posisi khusus dalam ingatan mereka terhadap manfaat emosional dan
fungsional yang dirasakan.
Menurut Surachman (2008) merek merupakan nama atau simbol yang
bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, simbol, lambang, tanda,
slogan, kata-kata atau kemasan) untuk mengidentifikasi barang atau jasa
dari penjual atau pemegang merek. Merek dapat juga diartikan sebagai
nama, istilah, simbol, atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsurunsur yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang
ditawarkan.
Kotler dan Armstrong (2010) mendefinisikan citra merek sebagai
keyakinan,ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu
merek.
Menurut Surachman (2008), pengertian merek terbagi dalam enam
tingkatan:
a. Merek sebagai atribut merek mengingatkan pada atribut-atribut
tertentu.
b. Merek sebagai manfaat; yaitu suatu merek lebih dari serangkaian
atribut, pelanggan tidak membeli atribut tetapi mereka membeli
manfaat.
c. Merek sebagai nilai; yaitu merek menyatakan sesuatu tentang nilai
produk, nilai produsen atau pemegang merek, dan nilai pelanggan.
d. Merek sebagai budaya; merek berperan mewakili budaya tertentu.
e. Merek sebagai kepribadian; merek mencerminkan kepribadian tertenu.
f.Merek sebagai pemakai; merek dapat menunjukkan jenis konsumen yang
membeli atau menggunakan produk tersebut

Persepsi Kualitas Produk


Persepsi merupakan proses yang dilakukan individu untuk memilih,
mengatur dan menafsirkan stimuli menjadi gambar yang berarti dan masuk
akal mengenai dunia (Schiffman dan Kanuk, 2008). Sedangkan menurut
Robbins (2003) persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu
melalui panca indera kemudian dianalisa (diorganisir), diintepretasi dan
kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna.
Kualitas menurut American Society for Quality Control dalam Kotler dan
Armstrong (2010) Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk
atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kita dapat mengatakan bahwa
penjual telah menghantarkan kualitas ketika produk atau jasanya memenuhi
atau melebihi ekspektasi pelanggan.
Kualitas produk menurur Kotler dan Amstrong (2010) adalah
kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya
tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut
bernilai lainnya. Seorang konsumen melakukan pembelian suatu produk
tidak hanya berdasar pada bentuk fisik dari suatu produk, tetapi daya guna
dan keandalan yang ada pada suatu produk tersebut apakah memiliki fungsi
dan manfaat yang sesuai dengan kebutuhan konsumen tersebut atau tidak.
Masalah kualitas dari produk yang dihasilkan sudah harus menjadi
komitmen dari manajemen, yang selanjutnya harus dituangkan atau
dijabarkan secara jelas dalam fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk
dilaksanakan, sehingga menjadi fokus dari keseluruhan operasional
perusahaan secara keseluruhan. Dengan demikian, perusahaan tidak boleh
berpuas diri apabila telah menghasilkan suatu produk yang memiliiki
kualitas yang memadai dan bersaing, tetapi justru kualitas produk yang baik
adalah hasil dari perbaikan terus-menerus yang tidak pernah berakhir,
sejalan dengan selalu berubahnya kebutuhan dan keinginan konsumen yang
tidak pernah putus. Apalagi tuntutan terhadap kualitas produk pada saat ini
dan masa mendatang sudah menjadi tuntutan yang mendunia dari dunia
internasional dengan adanya ketentuan tentang International Standard
Organization (ISO) yang menguntungkan produk-produk perusahaan dapat
diterima secara internasional atau hanya bersifat lokal (Angipora,2002). .
Menurut Tjiptono (2008) kualitas mencerminkan semua dimensi
penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan.
Kualitas suatu produk baik berupa barang atau jasa ditentukan melalui
dimensi-dimensinya. Dimensi kualitas produk menurut Tjiptono (2008) ada
6 poin, yakni:
1) Performance (kinerja)
2) Durability (daya tahan)
3) Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi)
4) Features (fitur)
5) Reliability (reliabilitas)
6) Aesthetics (estetika)
7) Perceived quality (kesan kualitas)
8) Serviceability (kemudahan dalam perbaikan/reparasi).

Kualitas Pelayanan (Service Quality)


Menurut (Tjiptono, 2002) kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang memiliki
suatu hubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
melebihi suatu harapan.
Menurut (Parasuraman, 1985) mengemukakan bahwa kualitas layanan atau
service quality merupakan elemen kritis dari persepsi pelangan akan produk jasa
yang diterimanya. Khususnya dalam sebuah produk yang murni di bidang jasa,
service quality akan menjadi sebuah elemen lebih dominan dalam penilainan
pelanggan.
Menurut (Irawan, 2003) Service Quality dapat diketahui dengan
membandingkan antara sebuah persepsi para pelnggan atas layanan yang nyata
diperoleh dan dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan. Jika kenyataan ini
lebih dari yang diharapkan oleh pelanggan maka layanan dapat dikatakan baik atau
bermutu. Sedangkan jika dalam kenyataan ini kurang dari yang diharapkan maka
sebuah layanan dapat dikatakan kurang baik atau tidak bermutu. Dan apabila
sebuah kenyataan sama dengan yang diharapkan maka sebuah layanan tersebut
dikatakan memuaskan. Metode Service Quality ini merupakan metode yang dapat
digunakan untuk mencari suatu atribut-atribut yang harus ditingkatkan kualitas
pelayanannya berdasarkan gap yang terjadi antara layanan yang diterima oleh
pelanggan dan harapan pelanggan.
Metode Service Quality telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian
tentang kualitas layanan dalam berbagai bidang antara lain : layanan kesehatan,
layanan pendidikan dan sebuah layanan perbankan. Hal tersebut disebabkan adanya
beberapa kelebihan yang terdapat dalam metode service quality, yaitu : telah diakui
sebagai standar dalam kualitas layanan, telah terbukti berlaku valid di semua
kondisi pelayanan dan akan dapat diandalkan, instrumennya terdiri dari berbagai
dimensi sehingga dapat lebih memudahkan prosedur analisa standar yang sehingga
memudahkan dalam interpetasi hasil, menurut (Lupiyoadi, 2006).
Menurut (Parasuraman dkk, 1985) bahwa terdapat lima dimensi service quality
sebagai berikut :