Tampilkan postingan dengan label Judul Manajemen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Judul Manajemen. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 April 2024

Indikator Kinerja


Mangkunegara (2009:75) menyatakan indikator yang digunakan untuk
mengukur kinerja karyawan ada empat, yaitu: kalitas kerja, kuantitas kerja,
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab kerja.

  1. Kualitas kerja
    Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang karyawan mengerjakan
    apa yang seharusnya dikerjakan.
  2. Kuantitas kerja
    Kuantitas kerja adalah seberapa lama seorang karyawan bekerja dalam
    satu harinya. Kuantitas ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap karyawan
    itu masing-masing.
  3. Pelaksanaan tugas
    Pelaksanaan tugas adalah seberapa jauh karyawan mampu melakukan
    pekerjaannya dengan akurat atau tidak ada kesalahan.
  4. Tanggung jawab kerja
    Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran akan kewajiban
    karyawan untuk melakukan kewajiban karyawan untuk melaksanakan
    pekerjaan yang diberikan perusahaan

Efektivitas Kinerja


Menurut Schein (dalam Tika 2010:129), keefektifan organisasi adalah
kemampuan untuk bertahan, menyesuaikan diri, memelihara diri dan tumbuh,
lepas dari fungsi tertentu yang dimilikinya.
Perlu diperhatikan beberapa hal mengenai caranya agar efektivitas
kerja pada karyawan dapat terlaksana dengan baik, karena karyawan
merupakan roda penggerak organisasi yang diharapkan mampu bekerja secara
efektif.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja adalah:
1) Kejelasan perencanaan kerja yaitu, seseorang karyawan mampu memahami
rencana kerja yang telah ditetapkan, sehinga apabila recana-rencana
tersebut dipahami dengan jelas oleh para karyawan, maka kerja akan
berjalan efektif.
2) Prosedur kerja yaitu, tahap-tahap yang harus dilakukan oleh karyawan
dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang telah ditetapkan

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kinerja


Menurut simanjuntak (dalam Sutrisno 2013:102), faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan yaitu:

  1. Pelatihan
    Latihan kerja dimaksud utuk melengkapi karyawan dengan
    ketrampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja.
    Untuk itu latihan kerja diperlukan untuk memberikan dasar-dasar
    pengetahuan dalam mengerjakan sesuatu dengan benar dan tepat serta
    dalam memperkecil kesalahan.
  2. Mental dan kemampuan fisik karyawan
    Keadaan mental dan fisik karyawan merupakan hal yang sangat
    penting karena berhubungan dengan kinerja karyawan.
  3. Hubungan antara atasan dan bawahan
    Hubungan atasan dan bawahan akan mempengaruhi kegiatan yang
    dilakuakan sehari-hari. Jika karyawan diperlakukan secara baik maka
    karyawan tersebut akan berpartisipasi dengan baik pula dalam proses
    produksi sehingga akan berpengaruh pada kinerja

Pengertian Kinerja Karyawan


Menurut Tika (2010:121) kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan
atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam
periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Handoko (dalam Tika 2010:121),
mendefinisikan kinerja sebagai proses dimana organisasi menggevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawan. Selanjutnya menurut Bernardin dan Russel
(dalam Triyono 2012:94), kinerja sebagai catatan hasil dan keuntungan yang
dihasilkan oleh fungsi pekerja tertentu selama periode waktu tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Karyawan


Kuspriatni (2010) menjelaskan 4 (empat) variabel yang mempengaruhi
perilaku karyawan terdapat pada tingkat individual antara lain sebagai berikut:
a. Karakteristik Biografis merupakan karakteristik pribadi yang terdiri dari
usia, jenis kelamin, status perkawinan dan masa kerja
b. Kemampuan setiap manusia mempunyai kemampuan berpikir masingmasing. Seluruh kemampuan seorang individu pada hakekatnya tersusun
dari dua faktor, yaitu: kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.
c. Kepribadian adalah himpunan karakteristik dan kecenderungan yang stabil
serta menentukan sikap umum dan perbedaan perilaku seseorang.
d. Pembelajaran adalah setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku
yang terjadi sebagai hasil pengalaman.
Martiana (2011) menyatakan terdapat 6 (enam) variabel yang
mempengaruhi perilaku karyawan antara lain sebagai berikut:
1) Sikap,
2) Motivasi,
3) Kepribadian,
4) Persepsi,
5) Pembelajaran,
6) Kemampuan

Pengertian Perilaku Karyawan


Kuspriatni (2010) menyatakan bahwa perilaku karyawan adalah
sebagai suatu fungsi antara individu dengan lingkungannya. Karyawan
membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan, kepercayaan pribadi,
pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman masa lainnya.
Martiana (2011) menjelaskan bahwa perilaku karyawan adalah
perilaku atau interaksi yang dilakukan oleh karyawan atau individu di
lingkungannya, perilaku setiap individu sangatlah berbeda dan hal ini
dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut tinggal, perilaku yang
berbeda mengakibatkan berbedanya kebutuhan setiap individu, untuk itu
perlunya suatu organisasi agar kebutuhan yang berbeda tersebut dapat
terpenuhi dengan bekerja sama antar individu.

Indikator Stres Kerja


Indikator stres kerja menurut Mulyadi (2003:90) yaitu: kondisi
pekerjaan, stres karena peran, faktor interpersonal, perkembangan karir,
struktur organisasi.

  1. Kondisi pekerjaan
    Meliputi: beban kerja berlebihan, jadwal bekerja
  2. Tuntutan peran
    Meliputi: ketidak jelasan peran
  3. Faktor interpersonal
    Meliputi: kerjasama antar teman, hubungan dengan pimpinan
  4. Perkembangan karir
    Meliputi: promosi kejabatan yang lebih rendah dari
    kemampuannya, promosi kejabatan yang lebih tinggi dari kemampuanya,
    keamanan pekerjaan.
  5. Struktur organisasi
    Meliputi : struktur yang kaku dan tidak bersahabat, pengawasan
    dan pelatihan tidak seimbang, ketidakterlibatan dalam membuat keputusan

Gejala Stres Kerja


Menurut Igor S (1997:249) menyatakan bahwa ada beberapa gejalagejala dari stress kerja yaitu:

  1. Produktivitas dan efisiensi yang berkurang.
  2. Kehilangan motivasi, ingatan, perhatian, tenggang rasa dan
    pengendalian.
  3. Kurang tidur, kehilangan nafsu makan dan menurunnya nafsu seks.
  4. Tidak menyukai tempat bekerja dan orang- orang yang bekerja bersama
    anda

Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja


Menurut Robbins (2006:794) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:
1) Faktor lingkungan
a) Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila
perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin
mencemaskan kesejahteraan mereka.
b) Ketidakpastian politik. Situasi politik yang tidak menentu seperti yang
terjadi di Indonesia, banyak sekali demonstrasi dari berbagai kalangan
yang tidak puas dengan keadaan mereka. Kejadian semacam ini dapat
membuat orang merasa tidak nyaman. Seperti penutupan jalan karena ada
yang berdemo atau mogoknya angkutan umum dan membuat para
karyawan terlambat masuk kerja.
c) Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel
pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat
karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.
d) Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin
meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung
WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang Amerika merasa
terancam keamanannya dan merasa stres.
2) Faktor individu
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktorfaktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik
kepribadian bawaan.
a) Faktor persoalan keluarga.
Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang menganggap
bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat
berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin
anak-anak merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stres
bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.
b) Masalah Ekonomi.
Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya
keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat
menciptakan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka
dalam bekerja.Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang
penting mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar
seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu
sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.
3) Faktor organisasi
Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.
Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam
kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak
peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh
diatas, penulis mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana
contoh-contoh itu terkandung di dalamnya. adalah:
(a) Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau
tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.
(b) Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada
seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam
organisasi itu. Konflik peran menciptakan harapan-harapan yang
barangkali sulit dirujukkan atau dipuaskan. Kelebihan peran terjadi bila
karyawan diharapkan untuk melakukan lebih daripada yang
dimungkinkan oleh waktu. Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran
tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak pasti mengenai apa
yang harus dikerjakan.
(c) Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan
lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar
pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar,
khususnya di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial
yang tinggi.
(d) Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi,
tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan
yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber
stress.

Kategori Stres Kerja


Menurut Phillip L (dalam Jacinta, 2002:2), seseorang dapat
dikategorikan mengalami stres kerja apabila:

  1. Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau
    perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di
    dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke
    pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga
    menjadi penyebab stres kerja.
  2. Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.
  3. Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk
    menyelesaikan persoalan stres tersebut.
    Menurut Robbins (2003) seseorang yang mengalami stres pada
    pekerjaan akan menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu:
  4. Physiological memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada
    metabolisme tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan
    napas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan
    menyebabkan serangan jantung.
  5. Psychological memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan
    hubungan kerja, tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan
    dan sering menunda pekerjaan.

Pengertian Stres Kerja


Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan atau diri manusia.
Siapa saja dapat mengalami stres, akan tetapi stres mempunyai kadar yang
berbeda-beda dalam kadar berat ringannya, dalam jangka pendek yang tidak
sama, dan pernah atau akan mengalaminya. Menurut Bambang Tarupolo
(2002:4) stres adalah seseorang bereaksi secara psikologi, fisiologi, maupun
perilaku bila seseorang mengalami ketidakseimbangan antara tuntutan yang
dihadapi dengan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan tersebu dalam
jangka waktu tertentu. Stres adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap
setiap tuntutan yang menyebabkan ketegangna dan mengganggu kehidupan
sehari-hari. Menurut World Health Organization (2003), stres adalah respon
tubuh terhadap stressor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres
kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang bisa menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan pakis yang mempengaruhi emosi, proses
berpikir, dan kondisi seorang karyawan. Stres yang terlalu besar dapat
mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan Rivai dan
Sagala (2011:1008)
Fakta yang terjadi di PT. Indomarco Prismatama cabang keputih 1
Surabaya, dimana karyawan mengalami beberapa masalah yang
mempengaruhi stres misalnya ketika ada target dari perusahaan namun
karyawan tidak dapat melaksanakannya dengan baik sehingga membuat
karyawan tersebut merasa stres, adanya daya saing dari perusahaan ritel
lainnya sehingga target bulanannya tidak dapat mencapai hasil yang
diinginkan sehingga membuat karyawan merasa stres karena kesulitan
mencari sales.
Penelitin sebelumnya yang telah dilakukan oleh Wibowo (2012)
mengungkapkan bahwa ada hubungan negatif kaut antara perasaan stres
dengan kepuasan kerja karyawan dalam pencapaian kinerja itu sendiri.
More (2000) mengatakan, transformasi adalah proses yang dapat
meningkatkan personal (kapasitas untuk berkembang). Sebagai contoh
terdapat karyawan yang gagal dan menimbulkan stres pada dirinya, jika
kegagalan tersebut diterima dan membiarkan egitu saja, maka biasanya ini
akan membuat karyawan menjadi merasa tertekan. Sebaliknya jika peristiwa
kegagalan atau hal buruk lainnya dan dijadikan karyawan sebagai pelajaran
untuk memperbaiki maka hasilnya akan menjadi possitif meskipun itu tidak
langsung terasa dan terjadi. Terdapat karyawan yang sanggup melakukan
perubahan atau transformasi atas kegagalan dan hal yang buruk yang
dialaminya menjadi output yang menggembirakan.
Fathoni (2006:176) mengatakan bahwa terdapat enam faktor penyebab
stres karyawan dalam suatu organisasi, antara lain beban kerja yang sult dan
berlebihan, tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan tidak wajar,
waktu kerja yang terbatas dan peralatan yang kurang, konflik antar pribadi
dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah dan
adanya masalah-masalah keluarga.

Konflik dalam Organisasi


Ada beberapa pendapat beberapa ahli tentang konflik yaitu :
1) Thomson (1960)
konflik adalah perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk berposisi
terhadap anggota yang lain.
2) Thomas (1976)
konflik adalah proses yang dimulai jika satu pihat merasa bahwa pihak
lainnya telah menghalangi sesuatu yang ada kaitanya dengan dirinya.
3) Deuth (1976)
konflik adalah jika ada kegiatan yang tidak cocok dengan kepentingannya.
Adapun pengertian lain tentang konflik dari Robbins (1993)
menegaskan bahwa definisi konflik adalah sebagai suatu proses yang dimulai
tatkala suatu pihak merasa ada pihak lain yang memberikan pengaruh yang
negatif kepadanya atau tatkala suatu pihak lain merasa kepentingannya itu
memberikan pengaruh negatif kepada pihak lainnya.
Selanjutnya, Robbins menggolongkan konflik menurut intensitasnya,
yang dapat dirinci sebagai berikut:
1) Memiliki sedikit ketidaksetujuan atau kesalahpahaman
2) Mempertanyakan banyak hal-hal yang berbeda
3) Mengajukan serangan-serangan verbal
4) Mengajukan beberapa ancaman atau ultimatum
5) Melakukan serangan fisik secara agresif
6) Melakukan upaya merusak atau pengahancuran kepada pihak lain
7) Perselisihan yang berkaitan dengan: (a) Tujuan (b) Status (c) Nilai
dan (d) Persepsi atau kepribadian
Apabila konflik yang telah diungkapkan dicermati maka konflik dapat
dipastikan akan selalu hadir dalam kehidupan kita dan bahkan tidak dapat
dihindari, baik konflik yang terjadi dilingkungan keluarga, masyarakat,
organisasi, aparatur Negara, termasuk konflik indomaret cabang Keputih 1
Surabaya.
Menurut Robbins (1996) konflik organisasi sebagai sebuah proses di
mana sebuah upaya sengaja dilakukan oleh seseorang untuk mengahalangi
usaha yang dilakukan oleh orang lain dalam berbagai bentuk hambatan yang
menjaikan orang lain tersebut merasa frustasi dalam usahanya mencapai
tujuan yang diinginkan/merealisasi minatnya. Sedangkan menurut Osbron
(1998) menegaskan konflik dalam organisasi merupakan situasi di mana dua
orang atau lebih yang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang
menyangkut kepentingan organisasi dan timbulnya permusuhan suatau
anggota dengan anggota lainnya.

Perubahan Organisasi


Menurut Robbins (2006:763), perubahan organisasi adalah perubahan
yang mengacu kepada hal yang berkaitan dengan aktivitas pelaksanaan tugas
dalam suatu organisasi dengan tujuan mengupayakan perbaikan kemampuan
organisasi dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan serta
perubahan perilku anggota organisasi. Organisasi hanya dapat bertahan jika
dapat melakukan perubahan.
Setiap perubahan lingkungan yang terjadi harus dicermati karena
keefektifan suatu organisasi tergantung pada sejauh mana organisasi dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Sedangkan menurut Sobirin
(2005:2) ada dua faktor yang mendorong terjadinya perubahan organisasi,
yaitu perubahan ekstern seperti perubahan teknologi, serta faktor intern
organisasi yang mencakup dua hal, yaitu 1) perangkat keras organisasi atau
yang biasa disebut dengan perubahan struktural, yang meliputi perubahan
strategi, struktur organisasi dan system, serta 2) perubahan perangkat lunak
organisasi atau yang biasa disebut dengan perubahan kultural yang meliputi
perilaku manusia dalam organisasi, kebijakan sumber daya manusia dan
budaya organisasi.
Menurut Winardi (2005:2) perubahan organisasi adalah tindakan
beralihnya organisasi yang berlaku kini menuju ke kondisi masa yang akan
datang menurut yang diinginkan guna meningkatkan efektivitasnya. Hal
tersebut sependapat dengan Anne Maria (1998:209), perubahan orgamisasi
adalah suatu tindakan menyusun kembali komponen-komponen organisasi
untuk meningkatkan efesiensi dan aktivitas organisasi. Setiap perubahan tidak
bisa hanya memilih salah satu aspek structural atau kultural saja sebagai
variabel yang harus diubah, tetapi kedua aspek tersebut harus dikelola secara
bersama-sama agar hasilnya optimal.

Prinsip-Prinsip Organisasi


Organisasi adalah alat bagi pimpinan untuk mencapai sebuah tujuan
yang sudah ditetapkan. Jadi, pimpinan yang bijak adalah pimpinan yang
mampu menciptakan dan memelihara adanya organisasi yang sehat, tepat, dan
sempurna (sound organization). Artinya, suatu organisasi yang baik dalam
proses pembentukannya maupun di dalam eksistensi maupun operasionalnya,
jadi organisasi yang baik organisasi yang mampu memenuhi prinsip-prinsip
organisasi.
Menurut Fayol (1949) menegaskan ada empat belas prinsip organisasi,
yaitu:
1) Pembagian kerja,
2) Wewenang,
3) Disiplin,
4) Kesatuan komando,
5) Kesatuan arah,
6) mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan individu,
7) Remunerasi,
8) Sentralisasi,
9) Rantai scalar,
10) Tata tertib/ atau ketertiban,
11) Keadilan dan kejujuran,
12) Stabilitas masa kerja para pegawai atau jenjang karir personel,
13) Inisiatif atau prakarsa,
14) Semangat kesatuan dan semangat korps

Ciri-ciri Organisasi


Setiap bentuk organisasi mempunyai Ciri-ciri organisasi tertentu
antara lain sebagai berikut:
1) Sebagai wadah untuk tempat bekerja sama.
Organisasi adalah merupakan suatu wadah atau tempat dimana orangorang dapat bersama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan tanpa
adanya organisasi menjadi saat bagi orang-orang untuk melaksanakan suatu
kerja sama, sebab setiap orang tidak mengetahui bagaimana kerja sama
tersebut akan dilaksanakan.pengertian tempat disini dalam arti yang konkrit,
tetapi dalam arti yang abstrak, sehingga dengan demikian tempat disini adalah
dalam arti fungsi yaitu menampug atau mewadai keinginan kerjasama
beberapa orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa,
organisasi dapat berupa wadah sekumpulan orang-orang yang mempunyai
tujuan organisasi tertentu misanya organisasi buruh, organisasi wanita,
organisasi mahasiswa dan sebagainya.
2) Proses kerjasama sedikitnya antara dua orang.
Artinya, selain merupakan tempat kerja sama juga merupakan proses
kerja sama sedikitnya antara dua orang. Dalam praktek, jika kerja sama
tersebut dilakukan dengan banyak orang, maka organisasi itu disusun harus
lebih sempurna dengan kata lain proses kerja sama dilakukan dalam suatu
organisasi, mempunyai kemungkinan untuk dilaksanakan lebih baik hal ini
berarti tanpa suatu oraanisasi maka sifat sama tersebut hanya bersifat
sementara, di manahubungan antar kerja sama antara pihak-pihak kurang
dapat diatur dengan sebaik-baiknya.
3) Jelas tugas dan kedudukanya masing-masing.
Artinya, dengan adanya oranisasi maka tugas dan kedudukan masingmasing orang atau pihak hubungan satu dengan yang lain akan dapat lebih
jelas, dengan demikian kesimpulan dobel pekerjaan dan sebagainya akan
dapat dihindarkan. Dengan kata lain tanpa orang yang baik mereka akan
bingung tentang tugas-tugasnya dan bagaimana hubungan antara yang satu
dengan yang lain.
4) Adanya tujuan tertentu.
Beberapa pentingnya kemampuan berorganisasi bagi seorang manajer,
suatu perencana yang kurang baik tetapi organisasinya baik akan cenderung
lebih baik hasilnya daripada perencanaan yang baik tetapi organisasi tidak
baik. Selain itu dengan cara mengorganisasi secara baik akan mendapat
keuntungan antara lain sebagai berikut:
1) Pelaksanaan tugas pekerjaan mempunyai kemungkinan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
2) Karyawan cenderung bersungguh-sungguh untuk menciptakan kualitas
perusahaanya.
3) Karyawan akan menjaga kedisipinan dan sikap demi kemajuan
perusahaanya.

Pengertian Organisasi


Istilah organisasi berasal dari bahasa Inggris Organization.
Menurut Syamsi (2004), menyatakan bahwa organisasi dapat diartikaan
dua macam, yaitu:
(1) Dalam arti statis yaitu organisasi sebagai wadah kerjasama
sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai sebuah tujuan yang
diinginkan sedangkan,
(2) Dalam arti dinamis yaitu organisasi sebagai suatu sistem atau
kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Robbins (dalam Budihardjo, 2014:17), mengemukakan
bahwa organisasi sebagai kumpulan entitas sosial yang secara sadar
terkoordinasi dalam batasan-batasan yang relatif jelas serta bersama-sama
dalam batas waktu tertentu dan terus menerus untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Scott (dalam Budihardjo, 2014:18), organisasi dipandang sebagai
kumpulan manusia yang memiliki kepentingan bersama demi kelangsungan
hidup organisasi sebab itu mereka melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan
bersama dalam organisasi dan membentuk suatu struktur informal. Sedangkan
menurut Hasibuan (2015:5), organisasi adalah suatu sistem perserikatan
formal dari dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai kepentingan
bersama untuk mencapai suatu sasaran dalam sistem dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu dan dalam batas waktu yang telah ditentukan.
Menurut Nawawi (2014), artinya organisasi dapat dilihat dari segi yang
statis/teori klasik dan segi yang dinamis atau proses /pendekatan sistem. Teori
klasik memandang pengertian organisasi dari segi wadah atau wujud,
sedangkan teori sistem memandang organisasi sebagai suatu proses. Adapun
pengertian organisasi di bagi menjadi dua makna, yaitu:
1) Pengertian organisasi dalam makna yang statis
Menurut beberapa para ahli yaitu: 1) Arif (1995) menegaskan
bahwa organisasi adalah kerjasama orang-orang atau sekelompok orang
untuk mencapai tujun yang ingin dicapai. 2) Malinowski (Dalam Arif,
1995) menegaskn bahwa organisasi sebagai kelompok yang bersatu dalam
tugas-tugas atau tugas umum, terkait pada lingkungan tertentu,
menggunakan alat teknologi dan patuh pada peraturan. 3) siagian (2003)
menegaskan organisasi adalah tempat dimana kegiatan-kegiatan
administrasi dan manajemen dijalankan. Sebagai wadah, organisasi
bersifat relatif statis dan memiliki pola dasar struktur organisasi yang
relatif permanen.
2) Organisasi sebagai suatu proses
Menurut beberapa para ahli yaitu:
(1) Soejadi (1995) menegaskan bahwa organisasi dapat juga
dipandang suatu sistem dan bentuk hubungan antara wewenangdan
tanggung jawab antara atasan dan bawahan dalam rangka pencapaian
tujuan dengan cara yang sudah ditetapkan dan yang paling efisien.

Penilaian Kinerja


Penilaian kinerja merupakan proses mengevaluasi seberapa baik
karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu
set standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut (Mathis
dan Jackson dalam Fahmi, 2016). Penilaian yang dilakukan tersebut nantinya
akan menjadi bahan masukan yang berarti dalam menilai kinerja yang
dilakukan dan selanjutnya dapat dilakukan perbaikan, atau yang biasa disebut
perbaikan yang berkelanjutan.
Dalam rangka melakukan perbaikan yang berkesinambungan maka
suatu organisasi perlu melakukan penilaian kinerja, dimana penilaian kinerja
harus dipertimbangkan, yaitu :

  1. Penilaian kinerja memberikan informasi bagi pertimbangan pemberian
    promosi dan penetapan gaji.
  2. Penilaian kinerja memberikan umpan balik bagi para manajer maupun
    karyawan untuk melakukan introspeksi dan meninjau kembali perilaku
    selama ini, baik yang positif maupun negative untuk kemudian
    dirumuskan kembali sebagai perilaku yang mendukung tumbuh
    berkembangnya budaya organisasi secara keseluruhan.
  3. Penilaian kinerja diperlukan untuk pertimbangan pelatihan dan pelatihan
    kembali (retraining) serta pengembangan.
  4. Penilaian kinerja dewasa ini bagi setiap organisasi khususnya organisasi
    bisnis merupakan suatu keharusan, apalagi jika dilihat tingginya
    persaingan antar perusahaan.
  5. Hasil penilaian kinerja lebih jauh akan menjadi bahan masukan bagi
    pemerintah dalam melihat bagaimana kondisi perusahaan tersebut.
    Termasuk menjadi bahan masukan bagi lembaga pemberi pinjaman dalam
    melihat kualitas hasil penilaian kinerja suatu perusahaan (Fahmi, 2016)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan


Ada empat faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, yaitu :

  1. Efektivitas dan Efisiensi
    Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik
    buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi. Dikatakan
    efektif bila tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan
    yang direncanakan, sedangkan efisien berkaitan dengan jumlah
    pengorbanan yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan
    organisasi. Bagaimanapun wewenang dan tanggung jawab para
    karyawan adalah salah satu hal yang perlu mendapat perhatian demi
    tercapainya tujuan organisasi.
  2. Otoritas dan Tanggung Jawab
    Organisasi yang baik selalu mendelegasikan wewenang dan
    tanggung jawab masing-masing karyawannya dengan baik, dengan
    demikian mereka mengetahui apa yang menjadi hak dan tanggung
    jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kejelasan
    wewenang dan tanggung jawab setiap karyawan dalam suatu
    organisasi akan mendukung kinerja karyawan tersebut.
  3. Disiplin
    Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang
    dibuat antara organisasi dan karyawan. Dengan demikian, bila
    peraturan atau ketetapan yang ada dalam organisasi tersebut
    diabaikan atau sering dilanggar, maka karyawan mempunyai disiplin
    yang buruk. Sebaliknya, bila karyawan tunduk pada ketetapan
    perusahaan, menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik.
    Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan
    kepada pihak yang melanggar. Dalam hal seseorang karyawan
    melanggar peraturan yang berlaku dalam organisasi, maka karyawan
    bersangkutan harus sanggup menerima hukuman yang telah
    disepakati. Masalah disiplin para karyawan yang ada dalam
    organisasi baik atasan maupun bawahan akan memberi corak
    terhadap kinerja organisasi. Kinerja organisasi akan tercapai, apabila
    kinerja individu maupun kinerja kelompok ditingkatkan. Untuk itu
    diperlukan inisiatif dari para karyawannya dalam melaksanakan
    tugas.
  4. Inisiatif
    Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam
    bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan
    tujuan organisasi. Setiap inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau
    tanggapan positif dari atasan, jika atasan selalu menghambat setiap
    inisiatif, tanpa memberikan penghargaan berupa argumentasi yang
    jelas dan mendukung, hal ini dapat menyebabkan organisasi akan
    kehilangan energi atau daya dorong untuk maju

Pengertian Kinerja


Setiap manusia mempunyai potensi untuk bertindak dalam berbagai
bentuk aktivitas. Kemampuan bertindak itu dapat diperoleh manusia baik
secara alami (ada sejak lahir) atau dipelajari. Walaupun manusia mempunyai
potensi untuk berperilaku tertentu tetapi perilaku itu hanya diaktualisasi pada
saat-saat tertentu saja. Potensi untuk berperilaku tertentu itu disebut
kemampuan (ability), sedangkan ekspresi dari potensi ini dikenal sebagai
kinerja (performance).
Cash dan Fisher (1987) dalam Thoyib (2005) dan Brahmasari (2008)
mengemukakan bahwa kinerja sering disebut sebagai performance atau result
yang diartikan dengan apa yang telah dihasilkan oleh individu karyawan.
Kinerja dipengaruhi oleh kinerja organisasi (organizational performance) itu
sendiri yang meliputi pengembangan organisasi (organizational
development), rencana kompensasi (compensation plan), sistem komunikasi
(communication system), gaya manajerial (managerial style), struktur
organisasi (organization structure), kebijakan dan prosedur (policies and
procedures).
Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika, 2006).
Menurut Miner (1990), kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan
dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang dibebankan
kepadanya. Setiap harapan mengenai bagaimana seseorang harus berperilaku
dalam melaksanakan tugas, berarti menunjukkan suatu peran dalam
organisasi. Suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi
privat dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus melalui sarana dalam
bentuk organisasi yang digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan
aktif sebagai pelaku (actors) dalam upaya mencapai tujuan lembaga atau
organisasi bersangkutan (Prawirosentono, 1999).
Kinerja menurut Irianto dalam Sutrisno (2010) adalah prestasi yang
diperoleh seseorang dalam melakukan tugas. Keberhasilan organisasi
tergantung pada kinerja para pelaku organisasi bersangkutan. Oleh karena itu,
setiap unit kerja dalam suatu organisasi harus dinilai kinerjanya, agar kinerja
sumber daya manusia yang terdapat dalam unit-unit dalam suatu organisasi
tersebut dapat dinilai secara objektif.
Berbeda dengan Irianto, Cormick & Tiffin dalam Sutrisno (2010),
mengemukakan kinerja adalah kuantitas, kualitas, dan waktu yang digunakan
dalam menjalankan tugas. Kuantitas adalah hasil yang dapat dihitung sejauh
mana seseorang dapat berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kualitas adalah bagaimana seseorang dalam menjalankan tugasnya, yaitu
mengenai banyaknya kesalahan yang dibuat, kedisiplinan dan ketepatan.
Waktu kerja adalah mengenai jumlah absen yang dilakukan, keterlambatan,
dan lamanya masa kerja dalam tahun yang dijalani.
Miner (1990), mengemukakan ada empat aspek dari kinerja, yaitu :

  1. Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan,
    waktu, dan ketepatan dalam melakukan tugas.
  2. Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan berapa jumlah produk
    dan jasa yang dapat dihasilkan.
  3. Waktu kerja, menerangkan tentang berapa jumlah absen,
    keterlambatan, serta masa kerja yang telah dijalani individu
    karyawan tersebut.
  4. Kerja sama, menerangkan tentang bagaimana individu membantu
    atau menghambat usaha dari teman sekerjanya.

Faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja


Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik,
sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh
suatu kondisi lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan
baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara
optimal, sehat, aman, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat
dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, keadaan
lingkungan yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih
banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang
efisien. Banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi
lingkungan kerja.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti yang dapat
mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan
kemampuan karyawan, diantaranya adalah :

  1. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
    Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna
    mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu
    diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak
    menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan
    lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada skhirnya menyebabkan
    kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan
    organisasi sulit dicapai.
    Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi empat yaitu :
    a. Cahaya langsung
    b. Cahaya setengah langsung
    c. Cahaya tidak langsung
    d. Cahaya setengah tidak langsung
  2. Temperatur di Tempat Kerja
    Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai
    temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk
    mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang
    sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang
    terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri
    tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia masih dapat
    menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan
    temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan
    35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. Menurut hasil
    penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh
    yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap
    karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda,
    tergantung di daerah bagaimana karyawan dapat hidup
  3. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
    Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk
    menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara
    di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut
    telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang
    berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar
    adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan
    penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan secukupnya
    oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara
    psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya
    akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk
    dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan
    tubuh akibat lelah setelah bekerja.
  4. Tata Warna di Tempat Kerja
    Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan
    dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat
    dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena
    warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan.Sifat dan
    pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan
    lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan
    manusia.
  5. Dekorasi di Tempat Kerja
    Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu
    dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi
    berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna,
    perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja.
  6. Keamanan di Tempat Kerja
    Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam
    keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaannya. Salah
    satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat
    memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).