Selasa, 20 Juni 2017

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RELIABILITAS (skripsi dan tesis)



Ada beberapa faktor yang mempengaruhi realibilitas. Faktor tersebut dapat dikategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi secara langsung dan secara tidak langsung. Faktor-faktor tersebut yaitu:
1.       Panjang tes dan kualitas butir-butir instrumen. Instrumen yang terdiri dari banyak butir tentu lebih reliabel dibandingkan denganisntrumenyang hanya terdiri dari beberapa butir. Jika panjang instrumen ditambah denganbutir-butir yang baik maka semakin panjang suatu instrumen maka responden akanterlalu lelah mengerjakannya. Faktor kelelahan responden ini akan menurunkan realibilitas.
2.       Kondisi penyelenggaraan pengumpulan data atau adminstrasi
a.       Sebagai contoh padapelaksanaan res, petunjuk yang diberikan sebelum tes mulai dan petunjuk ni disajikan dengan jelas, penyelenggaraan tes akan berjalan dengan lancar dan tidak akan banyak terdapat pertanyaan arau komentar dari responden. Hal ini akan menjamin pelaksnaan tes yang berjalan tertib dan teang sehingga skor yang diperoleh lebih reliabel
b.      Pengawas yan tertib akan mempengaruhi skor hasil pemerolehan responden. Pengawasan yang terlalu ketat ketika pengumpulan data menyebabkan respoden merasa kurang nyaman atau merasa taut dan tidak dapat dengan leluasa dalam merespon instrumen. Namun jika pengawasan kurang maka peserta akan bekerjasama sehingga hasil pengumpulan data kurang dapat dipercaya.
c.       Suasana lingkungan dan tempat pengumpulan data (tempat duduk yang tidak teratur, suasana disekelililngnya yang gaduh, atau tidak tenang, dan sebagainya) akan mempengaruhi realibilitas. Sebagai contoh pada pelaksanaan tes, suasana yang panas dan dekat dengan sumber kegaduhan akan mempengaruhi hasil tes.


Heri Retnawati. 2016. Validitas, Realibilitas dan Karakteristik Butir (Panduan untuk Peneliti, Mahasiswa dan Psikometrian), Parama Publishing, Yogyakarta












KESALAHAN PENGUKURAN STANDAR (Standard error of measurenment, SEM) (skripsi dan tesis)



Kesalahan baku pengukuran (Standard error of measurenment) dapat digunakna untukmemahami kesalahan yang bersifat acak/random yang mempengaruhi skor responden dalam merespon instrumen. Kesalahan pengukuran yang disimbolkan dengan σE. Penafsiran SEM dilakuakn karena tidak adanya prosedur penilaian yang sangat konsisten, interprestasi skor dapat ditingkatkan dengan mempertimbangkan ukuran kemungkinan kesalahan pengukuran. Interprestasi SEM digunakan untuk memprediksikan rentang skor sebenarnya yang diperoleh dari responden.

Heri Retnawati. 2016. Validitas, Realibilitas dan Karakteristik Butir (Panduan untuk Peneliti, Mahasiswa dan Psikometrian), Parama Publishing, Yogyakarta

KONSISTENSI REALIBILITAS INTERNAL (skripsi dan tesis)



Dengan teknik konsistensi internal ini, hanya dengan melakukan satu kali pengumpulan data, realibilitas skor perangkat pengukuran dapat diestimasi. Pada pembuktian instrumen dengan cara ini ada beberapa caar, yang masing-masing dapat memerlukan  persyaratan-persyaratan atau asumsi tertentu yangharus dipenuhi oleh peneliti. Beberapa caara yang dapat digunakan untuk mengestimasi realibilitas dengan konsistensi internal diantaranya adlah sebgai berikut:
1.       Metode belah dua (split half method)
Dalam teknik belah dua, dalam satu instrumen dikerjakan satu kali oleh sejumlah subjek (sampel) suatu penelitian. Butir-butir pada perangkat dibagi menjadi dua. Pembagian dapat menggunakan nomor ganjil-genap pada instrumen atau separuh pertama maupun separuh ke dua, maupun membelah dengan menggunakan nomor acak atau tanpa pola tertentu. Skor responden merespon setengah perangkat bagian yang pertama dikrelasikan dengan skor setengah perangkat ke dua, teknik ini berpegang pada asumsi, belahan pertama dan belahan ke dua mengukur konstruk yang sama, banyaknya butir dalam instrumen belahan pertama dan kedua harus dapat dibandingkan dari sisi banyaknya butir atau paling tidak jumlahnya hampir sama
Ada  beberapa formula untuk mengestimasi realibilitas dengan metode belah dua, antara lain rumus Spearman-Brown, rumus Flanagan dan rumus Rulon.
2.       Realibilitas Komposit
Pada suatu instrumen, sering peneliti menggunakan instrumen yang terdiri dari banyak butir. Jika butir-butir ini menggunakan butir yang berbeda-beda namun membangun sutau kosntruk yang sama, maka analisis untukmengestimasi realibilitas dapat digunakan rumus realibilitas komposit. Komposit yang dimaksudkan yakni skor akhir merupakan gabungan dari skor butir-butir penyusun instrumen. Ada 3 formula yang dapat digunakan untuk mengestimasi realibilitas dengancara ini yaitu dengan menghitung koefisien dari cronbach, koefisien KR-20 dan koefisien KR-21.
3.       Realibilitas konstruk
Realibilitas konstruk ini dapat diestimasi setelah peneliti membuktikan validitas konstruk dengan analisis faktor konfirmatori sampai memperoleh model yang cocok (model yang fit). Dengana nalisis faktor ini, peneliti dapat memperoleh muatan faktor (factor loading) tiap indikator yang menyusun instrumen dan indeks kesalahan unik dari tiap indikator.
Estimasi realibilitas dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu estimasi realibilitas dengan realibilitas konstruk (construct realibilitity, CR) realibilitas ω dan realibilitas maksimal Ω.
4.       Realibilitas Inter-Rater
Jika dalam suatu isntrumen penskoran butir dilakukan dengan memanfaatkan dua orang rater, peneliti dapat megestimasi realibilitas dengan inter-rater agreement. Hasil estimasi realibilitas dengan cara ini disebut dengan realibilitas inter-rater. Adapaun cara mengestimasinya dengan menghitung terlebih dahulu banyaknya butir atau kasus yang cocok atau butir  atau kasus yang iskor sama dengan kedua rater. Banyaknyabutir yang cocok ini kemudian dibandingkan dengan butir total kemudian disajikan dalam persentase
5.       Realibilitas dengan teori generalizabilities
Teori generalisabilitas terkait dengan 2 hal yaitu generalizability (G) study dan decision (D) study. Peneliti yang melakukan G studi mengutaamakan generalisasi dari suatu sampel pengukuran ke keseluruhan pengukuran. Studi tentang stabilitas respons atara waktu, equivalensi skor dari 2 atau lebih instrumen yang berbeda, hubungan antara skor kemampuan dengan skor butir terkait dengan G study. Pada D study. Data dikumpulkan untuk tujuan khusus terkait dengan mebuat keputusan. Studi ini menyediakan data mendeskripsikan peserta tes baik seleksi atau penempatan, maupun menyelidiki hubungan 2 variabel atau lebih (Crocker & Algina, 2008). Sebagai contoh, pada suatu tes seleksi panitia akan menggunakan dua penilai atau lebih perlu diperisa terlebih dahulu efisiensinya. Untuk hal tersebut, perlu dilakukan D study.
Koefisien realibilitas dalam teori ini disebut dengan kofisien generalizability. Dalam mengestimasi koefisien generalizability, ada bebrapa desain termasuk banyaknya bentuk tes, kesempatan melakukan tes atau administrasi tes, banyaknya rater yang disebut dengan facet. Banyaknya variabel yang digunakan  menentukan banyaknya facet. Desain yang dapat dipilih misalnya desain facet tunggal (single facet design) dan facet ganda.


Heri Retnawati. 2016. Validitas, Realibilitas dan Karakteristik Butir (Panduan untuk Peneliti, Mahasiswa dan Psikometrian), Parama Publishing, Yogyakarta

KONSISTENSI RELIABILITAS EKSTERNAL (skripsi dan tesis)


Estimasi realibilitas eksternal diperolah dengan menggunakan skor hasi pengukuranyang berbeda baik dari instrumen yang berbeda maupun sama. Ada dua cara untuk mengestimasi reliabilitas eksternal suatu intrumen yaitu dengan teknik pengukuranulang (tes-retest method) dan teknik paralel
1.       Metode tes ulang (tes-retest method)
Untukmengetahui keterahandalan atau realibilitas skor hasil pengukuran, pengukuran perlu dilakukan dua kali. Pengukuran pertama dan pengukuran kedua atau ulangannya. Kedua pengukuran ini dapat dilakukan oleh orang yang sama tau berbeda, namun ada proses oengukuran yang kedua, keadaan yang diukur itu harus benar-benar berada pada kondisi yang sama dengan pengukuran pertama. Selanjutnya hasil pengukuran yang pertama dan yang ke dua dikorelasikan dan hasilnya menunjukkan realibilitas skor perangkat pengukuran.
Teknik tes-retest method ini dapat disesuaikan dengan tujuannya jika keadaan subjek yang dukur tetap dan tidak mengalami perubahan pada saat pengukuran yang pertama maupun pada pengukuran yang kedua. Pada dasarnya keadaan respondentu selalu berkembang, tidak statis ataupun berubah-ubah., maka sebenarnya teknik ini kurang teat digunakan. Di samping itu pada pengukuran yang kedua akan terjadi adanya carry-over effect atau testing efect, reponden pengukuran atau penelitian telah mendapat tambaan pengetahuan karena sudah mengalami tes yang pertama ataupun belajar setelah pengukuranyan pertama
2.       Metode Bentuk Paralel
Teknik kedua untuk mengestimasi realibilitas secara eksternal dengan metode bentuk paralel. Pada teknik ini , diperlukan dua instrumen yang dikatakan paralel untuk mengestimasi koefisien realibilitas. Dua buahtes dikatakan paralel atau equivalent adalah dua buah isntrumen yang mempunyai kesamaan tujuan dalam pengukuran, tingkat kesukaran dan susunan yang sama, namun butir soalnya berbeda atau dikenal dengan istilah alternate forms method atau paralele forms.
Dengan metode bentuk paralel ini , dua buah isntrumen yang paralel, misalnya instrumen paket A akandiestimasi realibilitasnya dan instrumen paket B merupakan isntrumen yang paralel denganpaket A, keduanya diberikan kepada kelompok responden yang sama, kemudian ke dua skor tersebut dikorelasikan. Koefisien korelasi dari kedua skor respoden terhadap instrumen inilah yang menunjukkan koefisien realibilitas skor instrumen paket A. Jika koefisien realibilitasnya skor instrumen tinggi maka perangkar tersebut dikatakan reliabel dapat digunakan sebagai instrumen pengukur suatu konstruk yang terandalkan.  

Heri Retnawati. 2016. Validitas, Realibilitas dan Karakteristik Butir (Panduan untuk Peneliti, Mahasiswa dan Psikometrian), Parama Publishing, Yogyakarta

PENGERTIAN RELIABILITAS (skripsi dan tesis)




Pada suatu instrumen yang digunakan untuk mengumbulkan data, realibilitas skor hasiltes merupakan informasi yang diperlukan dalam pengembangan tes. Realibilitas merupakan derajat keajegan (consistency) di anata dua skor hasil pengukuran pada objek yang sama, meskipun menggunakan alat pengukur yang berbeda dan skala yang berbeda (Mehrens,&Lehmann, 1973; Reynold, Livingstone &Wilson, 2010).
Allen dan Yen (1979) menyatakan bahwa tes dikatakan reliabel jika skor amatan mempunyai korelasi yang tinggi dengan skor yang sebenarny. Selanjutnya dinyatakan bahwa realibilitas merupakan koefesioen korelasi antara dua skor amatan yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan tes yang paralel. Dengan demikian, pengertian yang dapat diperoleh dari pernyataan tersebut adalah suatu tes itu reliabel jka hasil pengukuran mendekati keadaan peserta tes yang sebenarnya.
Koefisien realibilitas dapadiartikan sebagai koefisien keajegan atau kestabilan hasil pengukuran. Alat ukur yang reliabel akan memberikan hasil pengukuran yang stabil (Lawrence, 1994) dan konsisten (Mehrens,&Lehmann, 1973). Artinya suatu alat ukur dikatakan memiliki koefisien realibilitas tinggi manakala digunakan untuk mengukur hal yang sama pada waktu yang berbeda hasilnya sama atau mendekati sama. Dalam hal ini, realibilitas merupakan sifat dari sekumpulan skor (Frisbie, 2005).

Heri Retnawati. 2016. Validitas, Realibilitas dan Karakteristik Butir (Panduan untuk Peneliti, Mahasiswa dan Psikometrian), Parama Publishing, Yogyakarta






















LANGKAH DALAM MEMBUKTIKAN VALIDITAS ISI (skripsi dan tesis)


1.       Memberikan kisi-kisi dari butir instrumen, berikut rubrik penskorannya jika ada kepada beberapa ahli yang seseuai dengan bidang yang diteliti untuk memohon masukan. Banyaknya ahli yang dimohon untuk memberi masukan paling tidak 3 orang ahli dngan kepakaran yang relevan dengan bidang yang diteliti
2.       Masukan yang diharapkan dari ahli berupa kesesuaian komponen instrumen dengan indikator, indikator dengan butir, substansi butir, kejelasan kalimat dalam butir, jika merupakan tes maka pertanyaannya harus ada jawabannya/luncinya, kalimat tidak membingungkan, format tulisan, simbol dan gambar yang cukup jelas. Proses ini sering disebut dengan telaah kualitatif yang meliputi aspek substansi, bahasa dan budaya.
3.       Erdasarkan masukan ahli tersebut, kisi-kisi atau instrumen kemudian diperbaiki
4.       Meminta ahli untuk menilai validitas butir, berupa kesesuaian antara butir dengan indikator. Penilaian ni dapat dilakukan misalnya dengan skala likert (skor 1: tidak valid, skor 2: kurang valid, skor 3: cukup valid, skor 4: valid, skor 5: sangat valid).

Heri Retnawati. 2016. Validitas, Realibilitas dan Karakteristik Butir (Panduan untuk Peneliti, Mahasiswa dan Psikometrian), Parama Publishing, Yogyakarta

TIPE-TIPE DALAM VALIDITAS (skripsi dan tesis)


Validitas itu dikelompokkan dalam tiga tipe yaitu
1.       Validitas kriteria
Validitas kriteria dibagi menjadi dua yaitu validitas prediktif dan validitas konkuren. Fernandes (1984) mengatakan validitas berdasarkan kriteria dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tes memprediksi kemampuan peserta di masa mendatang (predictive validity) atau mengestimasi kemampuan dengan alat ukur lain dengan tenggang waktu yang hampir bersamaan (conncurent validity).
2.       Validitas isi
Validitas isi adalah suatu instrumen sejauh mana butr-butir dalam instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir itu mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (Nunnaly, 1978;Fernandes, 1984). Sementara itu Lawrance (1994) menjleaskan bahwa validitas isi adalah keterwakilan pertanyaan terhadap kemampuan khusu yang harus diukur. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa validitas isi terkait dengan analisis rasional terhadap domain yang hendak diukur untuk mengetahui keterwakilan dengan kemampuan yang hendak diukur
3.       Validitas kontruks
Validitas konstruk adalah sejauh mana instrumen mengungkapkan suatu kemampuan atau konstruk teoritis yan hendak diukurnya (Nunnaly, 1978;Fernandes, 1984). Prosedur validitas konstruk diawali dari sutau identikasi dan batasan mengenai variabel yang hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk konstruk logis berdasarkan teori variabel tersebut. Dari teori ini ditarik suatu konsekuensi praktis mengenai hasil pengukuran pada kondisi tertentu dan konsekuensi inilah yang akan diuji. Apabila hasilnya sesuai dengan harapan maka instrumen itu dianggap memiliki validitas konstruk yang sesuai.

Heri Retnawati. 2016. Validitas, Realibilitas dan Karakteristik Butir (Panduan untuk Peneliti, Mahasiswa dan Psikometrian), Parama Publishing, Yogyakarta

PENGERTIAN VALIDITAS INSTRUMEN (skripsi dan tesis)


Validitas suatu alat ukur merupakan sejauh mana alat ukur ini mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Nunnaly, 1978; Allen dan Yen, 1979; Kerlinger, 1986; Azwar, 2000). Sementara itu, Linn dan Gronlund (1995) menjelaskan validitas mengacu pada kecukupan dan kelayakan interprestasi yang dibuat dari penilaian, berkenaan dengan penggunaan khusus. Pendapat ini diperkuat oleh Messick (1998) bahwa validitas merupakan kebiajakn evaluatif yang terintegrasi tentang sejauh mana fakta empiris dan dan alasan teoritis mendukung kecukupan dan kesesuaian inferensi dan tindakan berdasarkan skor tes atau skor suatu instrumen

Heri Retnawati. 2016. Validitas, Realibilitas dan Karakteristik Butir (Panduan untuk Penelit, Mahasiswa dan Psikometrian), Parama Publishing, Yogyakarta

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN (skripsi dan tesis)


Untuk mengembangkan instrumen yang baik, ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah mengembangkan instrumen baik tes maupun non tes sebagai berikut:
1.       Menentukan tujuan penyusunan instrumen
Pada awal menyusun instrumen, perlu ditetapkan tujuan penyusunan instrumen. Tujuan penyusunan ini memandu teori untuk mengkonstruk instrumen, bentuk instrumen, penyekoran sekaligus pemaknaan hasil penyekoran pada instrumen yang akan dikembangkan. Tujuan penyusunan instrumen ini perlu disesuaikan dengan tujuan penelitian
2.       Menyusun butir instrumen
Setelah tujuan isntrumen ditetapkan selanjutnya perlu dicari teori atau cakupan materi yang relevan. Teori yang relevan diigunakan untuk membuat kosntruk, apa saja indikator suatu variabel yang akan diukur. Kaitannya dengan tes, perlu dibatasi juga cakupan materi apa saja yang menyusun tes. Sebagai contoh pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang akan diukur harus memiliki indikator pemecahan masalah )problem solving), kebaharuan, kreativitas dan lain-lain. Jika yang akan diukur anak SMP, cakupan materi apa saja yang akan diukur perlu menjadi bahan pertimbangan
3.       Menyusun indikator butir instrumen/soal
Indikator soal ditentukan berdasarkan kajian teori yang relevan oada instrumen non tes. Adapaun pada instrumen tes, selain mempertimbangkan kajian teori, perlu dipertimbangkan cakupan dan kedalaman materi. Inidikator dapat disusun menjadi butir instrumen. Biasanya aspek yangakan diukur dengan idnikatornya disusun menjadi suatu tabel. Tabe; tersebut kemudian disebut dengan kisi-kisi (blue print). Penyusunan kisi-kisi ini mempermudah peneliti menyusun butir soal
4.       Menyusun butir instrumen
Langkah selanjutnya adalah menyusn butir-butir instrumen. Penyusunan butir ini dilakukan dengan melihat indikator yang sudah disusun pada kisi-kisi. Pada penyusunan butir ini , peneliti perlu mempertimbangkan bentuknya. Misal untuk non tes akan menggunakan angket, angke jenis yang mana, menggunakan berapa skala, penskorannya dan analisa. Jika peneliti menggunakan instrumen berupa tes, perlu dipikirkan apakan akan menggunakan bentuk objektif atau menggunakan bentuk uraian (constructed response). Pada penyusunan butir ini, peneliti telah mempertimbangkan penskoran untuk tiap butir sehingga memudahkan analisis. Jika perlu, pedoman penskoran disusun setelah peneliti menyelesaikan penyusunan butir instrumen
5.       Validiasi isi
Setelah butir-butir soal tersusun, langkah selanjutnya adalah validasi. Validasi ini dilakukan dengan menyampaikan kisi-kisi, butir instrumen dan lembar diberikan kepada ahli untuk ditelaah secara kuantitatif maupun kualitatif. Tugas ahli adalah melihat kesesuaian indikator dengan tujuan pengembangan instrumen, kesesuaian instrumen dengan indikator butir, melihat kebenaran konsep butir, melihat ebernaran isi, kebenaran kuni (pada tes), bahasa dan budaya. Proses ini disebut dengan validai isi dengen mempertimbangkan penilaian ahli (expert judgment).
Jik validasi isi akan dikuantifikasi, peneliti dapat meminta ahlu mengisi lembar penilaian validasi. Paling tidak, ada 3 ahli yang dilibatkan untuk proses validasi instrumen penelitian. Berdasarkan isian 3 ahli, selanjutnya penelitian menghitung indeks kesepakatan ahli atau kesepakatan validator dengan menggunakan indeks Aiken atau indeks Gregory.
6.       Revisi berdasarkan masukan validator
Biasanya validator memberikan masukan. Masukan-masukan ini kemudian digunakan peneliti untuk merevisinya. Jika perlu, peneliti perlu mengkonsultasikan lagi hasil perbaikan tersebut, sehingga diperoleh instrumen yang benar-benar valid
7.       Melakukan uji coba kpada responden yang bersesuaian untuk memroleh data responden peserta
Setelah revisi, butir-butir instrumen kemudin disusun lengkap (dirakit) dan siap diujicobakan. Uji coba ini dilakukan dalam rangka memperoleh bukti secara empiris. Uji coba ini dilakukan kepada responden yang bersesuaian dengan subjek penelitian. Peneliti dapat pula menggunakan anggota populasi yang tidak menjadi anggota sampel.
8.       Melakukan analisis (realibilitas, tingkat kesulitan dan daya pembeda)
Setelah melakukan uji coba, peneliti memperoleh data respon peserta uji coba. Dengan menggunakan respons peserta, peneliti kemudian melakukan penskoran tiap butir. Selanjutnya hasil penskoran ini digunakan untuk melakukan analisis realibitas skor perangkat tes dan juga analisis kekteristik butir. Analisis karakteristik butir dapat dilakukan dengan pendekatan teori tes klasik maupun teori respon butir. Analisis pada kedua pendekatan ini akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.
9.       Merakit instrumen
Setelah karakteristik butir diketahui, peneiti dapat merakit ulang instrumen. Pemilihan butir-butir dalam merakit perangkat ini mempertimbangkan karakteritik tertnetu yang dikehendaki oleh peneliti, misalnya tingkat kesulitas butir. Setelah diberi instruksi pengerjaan, peneliti kemudian dapat mempergunakan inatrumen tersebut untuk mengumpulkan data penelitian.

Heri Retnawati. 2016. Validitas, Realibilitas dan Karakteristik Butir (Panduan untuk Penelit, Mahasiswa dan Psikometrian), Parama Publishing, Yogyakarta

Selasa, 13 Juni 2017

SIFAT DATA (skripsi dan tesis)



Berdasarkan sifatnya, data dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu data dikotomi, diskrit atau kontinum.
a.       Data dikotomi merupakan data yang bersifat pilah atau satu sama lain seperti jenis kelamin, suku, agama dan lain sebagainya. Pengumpulan data dikotomi dilakukan dengan memberikan angka label
b.      Data diskrit merupakan data yang pengumpulan datanya dilakukan dengan cara menghitung atau membilang
c.       Data kontinum merupakan data yang pengumpulan datanya dilakukan dengan cara mengukur dengan alat ukur yang menggunakan skala tertentu



Widoyoko, 2015, Teknik Penyusunan Instrumen penelitian,  Pustaka Pelajar, Yogyakarta 

JENIS DATA (skripsi dan tesis)



Berdasarkan data dibedakan menjadi dua macam yaitu data kaulutatif dan kuantitatif.
a.       Data kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu yang ada baik keadaan, proses, perisitiwa/kejadian dan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata. Penentan kualitas itu menuntut menilai tentang bagaimana mutu sesuatu itu. Contohnya: wanita itu cantik, pria itu tampan, baik, buruk dan sebagainya. Data ini biasanya diperoleh  dari hasil wawancara dan bersifat subjketif sebab data tersebut dapat ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda. Data kualitatif yang diangkakan (kuantifikasi) dalam bentuk ordinal atau rangking.
Nawawi dan Hadari (2006; 49-51) membedakan data kualitatif dilihat dari jenisnya sebagai berikut:
1)      Data kategori yang dinyatakan dengan perkataan untuk menunjukkan bahwa suatu keadaan, proses atau persitiwa termasuk dalam salah stau golongan atau suatu pihak tertentu
2)      Data yang menunjukkan porsi dari setiap keadaan yang dinyatakan dengan perkataan yang merupakan perbandingan dengan yang ideal atau keseluruhan.
3)      Data berjenjang atau meningkat yang dinyatakan dengan kata-kata untuk menunjukkan bahwa suatu keadaan atau kejadian perstiwa termasuk pada suatu tingkatan mutu/kualitas tertentu di atas atau di bawah rata-rata.
4)      Data yang bersifat relatif yang dinyatakan dengan kata-kata untuk menunjukkan bahwa suatu keadaan atau kejadian/persitiwa merupakan sesuau yang adanya dapat berubah-ubah.
5)      Data yang bertentangan yang menyatakan jika yang satu ada maka yang lain tidak aa tentang suatu keadaan, kejadian atau proses tertentu yang diungkapkan dalam suatu penelitian
b.      Data kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai hasil observasi atau pengukuran. Data ini diperoleh dari hasil pengukuran langsung maupun dari angka-angka yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh seua orang



Widoyoko, 2015, Teknik Penyusunan Instrumen penelitian,  Pustaka Pelajar, Yogyakarta








PERAN DATA DALAM PENELITIAN (skripsi dan tesis)


1.      Data berfungsi sebagai alat hipotesis atau alat bukti atas pertanyaan penelitian
2.      Kualitas data sanga menentukan kualitas hasil penelitian. Artinya hasil penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang berhasil belum tentu hasil penelitian juga baik. Hasil penelitian selain dipengaruhi oleh kualitas data yang berhasil dikumpulkan juga dipengaruhi oleh ketepatan dan keakuratan analisis data yang dilakukan. Kualitas data tergantung pada kualitas dari instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Kualitas instrumen pengumpulan data berkaitan dengan validitas dan reabilitas instrumen

Widoyoko, 2015, Teknik Penyusunan Instrumen penelitian,  Pustaka Pelajar, Yogyakarta

PENGERTIAN DATA (skripsi dan tesis)



Secara umum, data diartikan sebagai suatu fakta yang dapat digambarkan dengan angka, simbol, kode dan lain-lain (Umar, 2001:6). Menurut Arikunto (2006:118) data diartikan sebagai hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun angka. Sedangkan menurut Soeratno dan Arsyad (2003; 72-73) data adalah semua hasil observasi atau pengukuran yang telah dicatat untuk suatu keperluan tertentu. Data merupakan bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta (Ridwan, 2009; 5). Dalam konteks penelitian, data dapat diartikan sebagai keterangan mengenai variabel pada sejumlah objek. Data menerangkan objek-objke dalam variabel tertentu. Misalnya: data berat 5 batang logam merupakan keterangan mengenai 5 logam dalam variabel “berat”.

Widoyoko, 2015, Teknik Penyusunan Instrumen penelitian,  Pustaka Pelajar, Yogyakarta 

Jumat, 09 Juni 2017

PEMBEDAAN VARIABEL BERDASARKAN PENAMPILAN WAKTU PENGUKURAN (skripsi dan tesis)


Berdasarkan penampilan/performan ketika hendak diukur, variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel maksimalis dan variabel tipikalis.
a.       Variabel maksimalis
Variabel maksimalis merupkan variabel yang pada waktu pengumpulan datanya responden di dorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya. Berdasarkan penampilan maksimalnya tersebut dapat diketahui keberadaan variabel tersebut pada responden. Instrumen yag digunkaan untuk mengukur performan variabel maksimalis adalah tes.
b.      Variabel tipikalis
Variabel tipikalis merupkan variabel yang pada saat pengumpulan datanya responden tidak didorong untuk menunjukkan penampilan maksimal tetapi lebih di dorong untuk melaporkan secara jujur keadaan dirinya dalam variabel yang diukur.

Widoyoko, 2015, Teknik Penyusunan Instrumen penelitian,  Pustaka Pelajar, Yogyakarta

PEMBEDAAN VARIABEL BERDASARKAN TIPE SKALA PENGUKURAN (skripsi dan tesis)



Variabel dapat dibedakan berdasarkan tipe skala pengukuran. Terdapat 4 tingkat variasi yang dihasilkan dari hasil pengukuran terhadap variabel yaitu nominal, rdinal, interval dan rasio.
a.       Variabel Nominal
Variabel nominal disebut juga dengan variabel diskrit. Sesuai dengan namnya nominal atau nomi yang berarti nama, menunjukkan label atau tanda yang hanya untuk membedakan antara variabel yang satu dengan lainnya. Variabel nominal adalah variabel yang dapat dgolongkan secara terpisah, secara diskrit, secara kaegori. Contoh variabel nominal diantaranya adalah jenis kelamin, jenis pekerjaan, jenis dan lain sebagainya. Variabel nominal meripakan variabel yang memiliki variasi paling sedikit yaitu perbedaan. Contoh variabel jenis hanya membedakan antara laki-laki dan perempuan dan tidak memiliki jenjang bertingkat atau urutan, tidak memiliki kesamaan jarak perbedaan serta tidak dapat diperbandingkan
b.      Variabel ordinal
Variabel ordinal merupkan variabel yang memiliki variasi perbedaan dan urutan (order) tetapi tidak memiliki kesamaan jarak perbedaan serta tidak dapat diperbandingkan. Urutanni menggambarkan adanya gradasi atau peringkat, akan tetapi jarak tingkat yang satu dengan tingkat lainnya tidak dapat diketahui dengan pasti.
c.       Variabel Interval
Variabel interval merupakan variabel yang skala pengukurannya dapat dibedakan, bertingkat dan memiliki jarak yang sama dari satuan hasil pengukuran, namun tidak bersifat mutlak dan tidak dapat diperbandingkan,
d.      Variabel Rasio
Variabel rasio merupkan variabel yang memiliki skor yang dapat dibedakan, diurutkan, memiliki kesamaan jarak perbedaan dan dapat diperbandingkan. Dengan demikian variabel yang memiliki skala rasio merupakan variabel yang memiliki tingkat tertingi dalam pensaklaan pengkuran variabel karena dapat menunjukkan perbedaa, tingkat, jarak dan dapat diperbandingkan.
Widoyoko, 2015, Teknik Penyusunan Instrumen penelitian,  Pustaka Pelajar, Yogyakarta













PEMBEDAAN VARIABEL BERDASARKAN URGENSI PEMBAKUAN INSTRUMEN (skripsi dan tesis)



Berdasarkan perlu tidaknya pembakuan instrumen untuk mengumpulkan data, variabel dapat dibedakan menjadi variabel faktual dan variabel konseptual (Purwanto, 2007; 9)
a.       Variabel Faktual
Variabel fktual merupakan variabel yang terdapat di dalam faktnya. Contoh variabel faktual antara lan: jenis kelamin, agama, pendidikan, usia asal sekolah dan sebagainya. Karena bersifat aktual, maka bila terdapat kesalahan dalam pengumpulan data, kesalahan bukan terletak pada isntrumen tetapi pada responden, misalnya memberi jawaban yang tidak jujur. Instrumen untuk mengumpulkan data variabel faktual tidak perlu dibakukan. Tidak perlu dlakukan uji validias dan realiabilitas.
b.      Variabel Konseptual
Variabel konseptual merupakan variabel yangtidak terlihat dalam fakta namun ersembunyi dalam konsep. Variabel konsep hanya diketahui berdasarkan indikator yang nampak. Contoh variabel konsep antara lain: prestasi belajar, motivasi belajar, kecerdasan dan lain sebagainya. Karen tersembunyi dalam kosep maka keakuratan data dari variabel konsep tergantung pada keakuratan indikatr dari konsep-konsep yang dikembangkan oleh peneltii. Kesalahan data dalam pengukuran dapat disebabkan oleh kesalahan konsep beserta indikator yang dikembangkan. Kesalahan data dari variabel prestasi belajar misalnya, kemungkinan disebabkan oleh instrumen pengumpulan data prestasi (baik dengan tes maupun non tes) yangsalah konsep. Untuk memastikan instrumen tidak salah konsep maka sebelum digunakan untuk mengumpulkan data variabl konsep, instrumen harus diuji validitas dan realibilitasnya



Widoyoko, 2015, Teknik Penyusunan Instrumen penelitian,  Pustaka Pelajar, Yogyakarta

PENENTUAN KEDUDUKAN VARIABEL (skripsi dan tesis)


Untuk dapat menentukan kedudukan variabel beas, terikat, kontrol, moderating, variabel antara atau lainnya harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan empiris. Untuk itu, sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu dilakukan kajian teoritis, dan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi menyusun rancangan penelitian di belakang meja dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalaahn yang ada di objek penelitian. Sering terjadi, rumusan masalah dibuat tanpa melalui studi pendahuluan ke objek peneltian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi masalah pada objek penelitiabn. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis maka peneliti dapat menentukan variabel-variabel penelitiannya.

Widoyoko, 2015, Teknik Penyusunan Instrumen penelitian,  Pustaka Pelajar, Yogyakarta


MACAM VARIABEL BERDASARKAN HUBUNGAN ANTAR VARIABEL (skripsi dan tesis)


Berdasarkan hubungan antar variabel maka variabel dalam penelitian tersebut dapat dibedakan menjadi:
a.              Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab terjadinya perubahan pada variabel lain. Dengan kata lain, perubahan pada variabel ni diasumsikan akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel lain. Variabel ini disebut variabel bebas karena adanya tidak tergantung pada adanya yang lain atau bebas dari ada atau tidaknya variabel lain.
Untuk lebih mudah memahaminya dapat dilihat dari contoh sebuah penelitian. Jika dalam penelitian dinyatakan bahwa yang akan diungkap adalah “pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa” maka variabel bebasnya adalah “motivasi belajar”. Variabel ini disebut variabel bebas karena “pretasi belajar siswa” tergantung dan dipengaruhi oleh variabel tersebut, yang adanya bebas tidak tergantung pada variabel yang lain.
Variabel bebas sering juga disebut sebagai variabel stimulus, pengaruh dan prediktor. Dalam SEM (Structural Equation Modelling)/ Permodelan Persamaan Struktural, variabel bebas disebut sebagai variabel eksogen
b.             Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat karena kondisi atau variasinya dipengaruhi atau terikat oleh variasi variabel lain, yaitu dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat ini ada yang menyebut dengan istilah variabel tergantung, karena variasinya tergantung oleh variasi variabel lain. Selain itu ada juga yang menyebut variabel output, kriteria ataupun respon. Dalam SEM (Structural Equation Modelling)/ Permodelan Persamaan Struktural, variabel bebas disebut sebagai variabel indogen
c.              Variabel Kontrol
Variabel antara atau intervening variabel merupakan variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat menjadi hbungan tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela yang terletak di antara variabel bebas dan terikat, sehingga variabel bebas tidak langsing berubahnya atau timbulnya variabel terikat
d.             Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan yang memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sugiyono (2010; 39) menyebut dengan istilah variabel independen kedua. Secara definisi hampir sama dengan variabel kontrol, hanya saja di sini pengaruh variabel itu tidak dinetralisisr atau ditiadakan tetapi bahkan dianalisis atau diperhitungkan
e.              Variabel Antara
Variabel antara aatau intervening variabel merupakan variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabelbeas terhadap variabel terikat menjadi hubungan tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela yang terletak di antara variabel bebas dan terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel terikat.
Widoyoko, 2015, Teknik Penyusunan Instrumen penelitian,  Pustaka Pelajar, Yogyakarta 

MACAM-MACAM VARIABEL PENELITIAN BERDASARKAN SIFAT VARIABEL (skripsi dan tesis)

l
Berdasarkan sifatnya, variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua aitu variabel statis dan variabel dinamis
a.       Variabel Statis
Ariabel statis merupakan variabel yang mempunyai sifat yang tetap, tidak dapat diubah keberadaannya maupun karakteristiknya. Dalam kondisi yang wajar sifat-sifat itu sukar diubahnya speerti mialnya jenis kelamin, jenispekerjaan, status soail ekonomi, dan sebagainya. Ada juga yang menyebutnya variabel atributif (Sudjarwo dan Basrowi, 2009; 198). Sifat yang ada padanya adalah tetap, untuk itu penelitian hanya mampu untuk memilih atau menyeleksi. Oleh karena variabel ini disebut juga dengan variabel selektif. Arikunto (2006; 124) selain menggunakan istilah variabel tidak berdaya untukmaksud yang sama karenapeneliti tidak mampu mengubah atau mengusulkan untuk mengubah variabel tersebut
b.      Variabel Dinamis
Variabel dinamis merupakan yang dapat diubah keberadaanya atau karakteristiknya. Variabel ini memungkinkan untuk dimanipulasi atau diubahs esuai dengan tujuan yang diinginkan oleh peneliti. Pengubahan dapat berupa peningkatan atau penurunan. Contoh variabel dinamis adalah: kinerja pegawai, motivasi belajar. Selain menggunakan istilah variabel dinamis, untuk maksud yang sama maka Arikunto (2006; 124) menggunakan istilah variabel terubah. Sedangkan Sudjarwo dan Basrowi (2009; 197) menggunakan istilah variabel aktif.

Widoyoko, 2015, Teknik Penyusunan Instrumen penelitian,  Pustaka Pelajar, Yogyakarta












CIRI-CIRI VARIABEL PENELITIAN (skripsi dan tesis)


Dalam penelitian, variabel mempunyai tiga ciri, yaitu: mempenyai variasi nilai, membedakan satu objek dengan objek lain dalam satu populasi dan dapat diukur.
1.      Variabel mempunyai nilai yang bervariasi. Oleh karena itu variabel membedakan satu objek dengan objek lain dalam populasi, maka variabel harus memiliki nilai yang bervariasi. Misalakan dari populasi 30 oang mahasiswa maka IP hanya akan menjadi variabel apabila terdapat nilai yang bervariasi. Sebaliknya, apabila dari 30 orang siswa tersebut tidak terdapat variasi karena nilai IP yang sama maka IP bukanlah variabel pada populasi yang bersangkutan. Contoh lain, dari populasi penduduk yang mendiami suatu wilayah tertentu, jenis pekerjaan atau prfesi bukan merupkan variabel apabila selurh penduduk tersebut memiliki pekerjaan atau profesi yang sama.
2.      Variabel membedakan satu objek dari objek yang lain. Objek-objek menjadi anggota populasi karnan mempunyai satu karakteristikyang sama. Meskipun sama, objekobjek dalam populasi dapat dibedakan satu sama lain dalam variabel. Sebagai contoh,  populasi mahasiswa terdiri dari anggota ang memeiliki satu kesamaan karakteristik yaitu mahasiswa. Selain kesamaan tersebut, antara mereka berbeda daam usia, jenis kelamin, agama, motivasi belajar, tempat tinggal, prestasi dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan ini yang merupakan variabel karena mempunyai sifat membedakan di antara objek yang ada dalam populasi.
3.      Variabel harus dapat diukur. Penelitian kuantitatif menghasruskan hasil penelitian yang ojektif, terukur dan selalu terbuka untuk diuji. Variabel berbeda dengan konsep. Konsep belum dapat dukur sedangkan variabel dapat diukur. Variabel adalah operasionalisasi konsep. Sebagai contoh, belajar adalah konsep dan hasil belajar adalah variabel; siswa adalah konsep dan jumlah siswa adalah Variabel. Dengan demikian data dari Variabel penelitian harus tampak dalam perilaku yang dapat diobservasi dan diukur, misalnya prestasi belajar aalah jumlah jawaban benar yang dibuat siswa dalam mengerjakan sebuah tes. 

Widoyoko, 2015, Teknik Penyusunan Instrumen penelitian,  Pustaka Pelajar, Yogyakarta