Senin, 20 Maret 2017

.Penyebab - penyebab dari rework (skripsi dan tesis)


Secara lengkapnya faktor-faktor yang mempengaruhi rework ini dapat dilihat sebagai berikut:
1.      Faktor yang berkaitan dengan disain dan dokumentasinya.
Disain merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan yang sering mengakibatkan rework. Berikut adalah kesalahan dan perubahan yang dapat terjadi pada disain dandokumentasinya, beserta penjelasannya:
a.       Kesalahan disain
Kesalahan disain bisa terjadi jika arsitek, drafter, konsultan, ataupun kontraktor menggambarkan sesuatu kondisi / bagian dari proyek tidak sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya, yang pada akhirnya gambar itu telah diturunkan di lapangan dan dikerjakan. Hal ini akan menyebabkan komplain dari pihak pemilik yang akhirnya menghasilkan rework.
b.      Perubahan disain
Perubahan disain biasanya dilakukan untuk memenuhi permintaan dari salah satu konsumen,(Love et al, 2002) diantaranya adalah pemilik, dengan tujuan untuk memenuhi keinginan mereka atas misalnya: operasional dari fasilitas yang dibangun, atau untuk menjaga agar proyek tetap berada dalam jangkauan anggaran. Selain oleh pemilik sebenarnya perubahan disain dapat juga disebabkan oleh:
1)      Kontraktor – untuk meningkatkan constructability dari fasilitas.
2)      Suplier – untuk memungkinkan pemakaian produk yang sudah ada (standard) atau untuk memudahkan mobilisasi dari material baik ketika menuju proyek atauppun ketika didalam proyek.
3)      Desainer – untuk memenuhi modifikasi disain.
4)      Sub–kontraktor – untuk menghilangkan konflik dalam pengaturan pekerjaan.
Bagaimanapun juga perubahan tidak selalu mengakibatkan rework, disini yang dimaksudkan perubahan adalah perubahan yang tidak dimaksudkan. Jika muncul perubahan selama konstruksi, perubahan tersebut dapat menghasilkan rework atau perubahan manajerial tergantung dari keputusan manajerial (Park, 2003). Perubahan menyebabkan rework jika dilakukan upaya untuk mengikuti disain awal dan menghilangkan perubahan yang tejadi tadi, baik dengan mengadakan penambahan atau pengurangan. Sedangkan jika perubahan yang tidak dimaksudkan ini akhirnya diikuti dengan perubahan manajerial yang memutuskan mengubah disain awal mengikuti perubahan yang terjadi maka tidak terjadi rework meskipun pada akhirnya terjadi pengubahan ataupun pengurangan.
c.       Disain yang tidak jelas
Disain yang tidak jelas sering membuat mandor/pekerja mempunyai pengertian yang berbeda dari yang dimaksudkan oleh disainer. Hal ini akhirnya mengakibatkan kesalahan yang menyebabkan rework, contohnya : pengaturan kembali servis karena bentrokan dari buruknya informasi yang diberikan dalam gambar. Disini rework dapat berupa klaim karena variasi jika secara langsung mempengaruhi jalannya proyek dan menyebabkan gangguan. (Love et al, 2002).
d.      Lack of constructability
Seringkali disain yang dikeluarkan tidak memperhatikan kemudahan pelaksanaan dilapangan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya rework karena oleh pekerja dilapangan akhirnya gambar tadi dikerjakan sebisanya dan akhirnya mengakibatkan terjadinya kesalahan yang bisa menyebabkan terjadinya rework. Hal ini serring disebabkan karena kurangnya pengetahuan disainer mengenai konstruksi. Banyak kasus dimana kontraktor mengeluh karena disain yang sulit atau bahkan mustahil untuk dikerjakan (Andi et al, 2003)
e.       Kurangnya pengetahuan terhadap karakter bahan
Dalam penggunaan bahan-bahan bangunan juga perlu diperhatikan karakteristik dari bahan yang dipakai. Karena kadang ada bahan yang tidak bisa dipakai secara bersamaan karena ketidakcocokan karaktersitik kedua bahan tersebut.
f.       Keadaan di gambar dan di lapangan tidak sesuai.
Hal ini sering diakibatkan kurangnya penyelidikan mengenai keadaan lapangan. Terutama sering terjadi pada pengerjaan pondasi.
g.      Buruknya koordinasi disain dan dokumentasi.
Dalam proyek sering ditemui adanya ketidakcocokan antara gambar struktur dan gambar arsitektur, selain itu juga koordinasi antara gambar konsrtuksi dan gambar dari bagian lain seperti bagian instalasi listrik maupun plumbing. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam pengerjaan karena gambar-gambar tadi saling berbentrokan satu sama lain dalam pelaksanaannya.
Hal ini mengakibatkan perlunya dilakukan pembongkaran untuk memperbaiki kesalahan tadi agar dapat dibuat sesuai dengan keinginan gambar dan hal ini adalah termasuk rework.

2.      Faktor yang Berkaitan Dengan Manajerial
a.           Jadwal yang terlalu padat atau tekanan oleh waktu
Tekanan oleh waktu adalah salah satu dasar penyebab terjadinya kesalahan dan dikemukakan oleh Petroski (1985), Brown dan Xiaochen Yin (1988) dan Rollings and Rollings (1991). The Commission of Inquiry menemukan bahwa kebakaran di Semerland pada tahun 1974 (menyebabkan kematian lebih dari 50 orang) dan dituliskan oleh Turner (1978) waktu yang telah ditentukan dan tekanan pekerjaan untuk memenuhi awal musim wisata sebagai penyebab dari kesalahan itu. Hal ini juga berlaku dalam dunia konstruksi dimana pelaksanaan yang terburu-buru dapat menyebabkan terjadinya kesalahan yang dapat mengakibatkan terjadinya rework.
b.          Kurangnya kontrol dalam pekerjaan
Kurangnya pengontrolan oleh kontraktor dalam pengerjaan dapat mengakibatkan kualitas/hasil dari pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Dalam hal ini bisa terjadi klaim dari owner dan akhirnya menimbulkan rework
c.           Kurangnya kerjasama antara pemilik, disainer, kontraktor, supplier dan pihak pihak lain yang terkait.
Masalah utama yang terdeteksi dalam fase disain ini adalah kecilnya interaksi antara disainer dan kontraktor dan diantara specialist (listrik, plumbing, AC dan lainnya), situasi ini memaksa fase berikutnya untuk berjalan dalam disain yang tidak lengkap. Konsekuensinya adalah solusi yang tidak optimal, lack of constructability, dan change order dalam jumlah besar (baik dalam disain dan rework) (Alarcon dan Mardones, 1998).
d.          Kurangnya informasi mengenai keadaan lapangan
Kurangnya informasi mengenai keadaan lapangan dapat menyebabkan pekerjaan terganggu dan bisa juga menimbulkan rework. Contohnya adalah ketika pemancangan pondasi tiang ternyata didalam tanah ada pondasi dari bangunan yang terdahulu, sehingga pemancangan gagal dan terjadilah rework karena harus mengulangi pemancangan ditempat tadi.
e.           Kurangnya antisipasi terhadap perubahan keadaan eksternal (alam).
Misalnya pada saat proses pengecoran tiba-tiba hujan dn pada saat itu tidak tersedia terpal untuk menutupi cor-coran sehingga menjadi rusak.
f.           Spesifikasi yang terkirim oleh supplier tidak sesuai
Jika bahan yang tidak sesuai dengan permintaan tadi terlanjur dipasang maka perlu dilakukan pembongkaran untuk memperbaikinya hal ini disebut rework.
g.          Pengiriman yang terlambat atau tidak tepat waktu
Misalnya pada proses pengecoran beton. 2 truk pengangkut telah tiba terlebih dahulu dan diadakan pengecoran, lalu truk berikutnya terlambat datang sehingga menyebabkan beton terlanjur setting. Hal ini akan membuat perlunya diadakan proses lebih lanjut untuk bisa melanjutkan pengecoran pada bagian yang belum selesai karena sebagian telah terlanjur setting.
h.          Jeleknya alur informasi baik formal ataupun informal (Atkinson, 1998)
Mengenai alur informasi contohnya adalah sebagai berikut: masalah dalam konstruksi West Gate Bridge, Victoria, Australia, yang mengakibatkan robohnya pada tahun 1976: ‘ tidak ada yang memberitahu (tim Konstruksi) bahwa komponen (box girder) tidak boleh dipaksa untuk tersambung. Bila mereka tidak bisa tersambung atau tidak cocok mereka harus dimodifikasi.
Konsultan tidak berusaha untuk memastikan bahwa kontraktor mengerti filosofi disain dan bahwa metode konstruksi yang lama tidak dapat digunakan. Mereka juga tidak memeriksa konstruksinya untuk melihat apakah telah dikerjakan dengan benar.

3.      Faktor yang berkaitan dengan sumber daya (resource)
a.       Kurangnya pengalaman dari pekerja
Pengalaman yang kurang biasanya menghasilkan pekerjaan yang kurang baik dan memerlukan perbaikan untuk mencapai kualitas yang diharapkan.
b.      Kurangnya pengetahuan pekerja
Pengetahuan pekerja yang kurang mengenai apa yang dikerjakannya dapat menyebabkan kesalahan dalam pekerjaannya, contoh: kurangnya pengetahuan mengenai pemakaian alat penggetar beton (digunakan untuk meratakan cor- coran) dapat menyebabkan kualitas beton yang dihasilkan jelek.
c.       Jumlah kerja lembur yang terlalu banyak
Dengan banyaknya jam kerja lembur akan mengakibatkan pekerja mengalami kelelahan. Kelelahan ini dapat menyebabkan kualitas pekerjaan seseorang berkurang dan akibatnya sering terjadi kesalahan dalam bekerja yang mengakibatkan rework. Dua laporan mengenai kegagalan balok pada sebuah bangunan lapangan terbang dari Engineering News Record (Korman, 1991a,b) mencatat faktor dari kerja yang berlebihan dan tekanan untuk memproduksi.
d.      Bekerja tidak sesuai prosedur
Pengerjaan yang tidak sesuai prosedur tentu saja akan menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang lebih buruk, dan hal ini seringkali memerlukan perbaikan untuk mencapai kualitas yang diharapkan.
e.       Pertimbangan yang salah dalam lokasi proyek
Seringkali jika dihadapkan pada situasi yang mendesak, misalnya karena jadwal yang padat, pekerja lapangan harus mengambil keputusan sendiri mengenai apa yang mereka kerjakan. Terkadang keputusan mereka itu salah dan mengakibatkan hasil yang berbeda dari keinginan disainer ataupun kontraktor.
f.       Kurangnya QA/QC
Pekerjaan yang kurang memperhatikan QA/ QC akan dapat mengakibatkan didapatnya hasil dengan kualitas yang tidak sesuai dengan keinginan sehingga perlu diusahakan usaha lebih lanjut untuk memperbaiki kualitas dari hasil tadi agar tercapai hasil dengan kualitas yang diinginkan. Hal ini mengakibatkan terjadinya rework.
g.      Kurang memadainya perlengkapan ataupun peralatan
Demikianlah hal-hal yang merupakan penyebab terjadinya rework. Bagaimanapun juga dapat diketahui bahwa meskipun telah dikelompokkan menjadi 3 bagian, beberapa penyebab itu saling berhubungan. Sebuah penyebab yang termasuk salah satu kelompok dapat mengakibatkan terjadinya penyebab di kelompok yang lain. Hubungan ini disebabkan karena kompleksnya operasi konstruksi (Love et al,1997)














Definisi Rework (skripsi dan tesis)


Rework dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi pengerjaan ulang. Selanjutnya akan dipakai istilah rework. Rework sudah menjadi sebagian yang hampir tak terpisahkan dalam dunia konstruksi. Oleh karena itu maka banyak  peneliti yang mengadakan riset dan penelitian untuk mengetahui apa sebenarnya rework itu. Para peneliti itu mendefinisikan rework menurut pandangan dan pendapat mereka masing–masing. Diantaranya definisi rework menurut mereka adalah sebagai berikut :
CIDA (1995) mendefinisikan rework sebagai ”Mengerjakan sesuatu paling tidak satu kali lebih banyak, yang disebabkan oleh ketidak cocokkan dengan permintaan”.
Menurut Love et al (1999a) rework adalah ”efek yang tidak perlu dari mengerjakan ulang suatu proses atau aktivitas yang diimplementasikan secara tidak tepat pada awalnya dan dapat ditimbulkan oleh kesalahan ataupun adanya variasi”
Menurut CII (Construction Industry Institute oleh tim penelitinya, Cause and Effect of Field Rework Research Team 153, 2000) rework adalah ”melakukan pekerjaan dilapangan lebih dari sekali ataupun aktivitas yang memindahkan pekerjaan yang telah dilaukkan sebelumnya sebagai bagian dari proyek”.
COAA (Construction Owner Association of Alberta, 2002) mendifinisikan ”rework sebagai total biaya di lapangan yang dikeluarkan selain daripada biaya dan sumber daya awal”.
Fayek et al (2002) mendefinisikan rework sebagai ”aktivitas dilapangan yang harus dikerjakan lebih dari sekali, atau aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya, dimana tidak ada change order yang dikeluarkan dan change of scope yang diidentifikasi”. Definisi ini menggabungkan definisi dari CII dan COAA.
Bagaimanapun juga pengertian tersebut masih kurang jelas sehingga perlu diberikan batasan - batasan mengenai mana yang termasuk rework dan mana yang tidak termasuk rework. Berikut ini adalah contoh beberapa hal yang tidak termasuk rework adalah : (COAA, 2002):
1.      Perubahan scope pekerjaan mula–mula.
Misalnya : sebuah balok beton memiliki permukaan yang tidak rata, jika permukaan yang tidak rata tadi dihilangkan/ dikikis maka hal ini akan tergolong rework, tetapi jika balok tadi ditambah tebalnya untuk menjadikan rata permukaan tadi maka akan tergolong sebagai perubahan dari scope pekerjaan mula-mula (change).
2.      Perubahan desain atau kesalahan yang tidak mempengaruhi pekerjaan di lapangan.
Misalnya: terjadi kesalahan / perubahan desain pada konstruksi atap, tetapi pada saat perubahan diberikan ke kontraktor dan sampai di pekerja lapangan, proyek belum berjalan sampai pembangunan atap. Bisa juga disebut sebagai perubahan yang belum terlambat.
3.      Penambahan ataupun penghilangan scope pekerjaan karena kesalahan disainer dan kontraktor. (meskipun rework termasuk biaya yang berhubungan dengan mengerjakan ulang suatu bagian pekerjaan yang termasuk tambahan atau scope yang hilang)
Misalnya : penambahan kolom ukir (bukan kolom struktur), hal ini dilakukan dengan menambah satu pekerjaan baru bukan memperbaiki atau mnghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya.
4.      Kesalahan fabrikasi off-site yang dibetulkan off-site
Misalnya : tiang pancang yang dipesan ukurannya tidak sesuai dengan ukuran yang diminta, tetapi hal itu diketahui sebelumnya dan diperbaiki sebelum dipasang.
5.      Kesalahan off-site modular fabrication yang dibetulkan off-site
Keterangan : penjelasan sama dengan atas, hanya saja ini menyangkut hal yang lebih besar (modular), seperti bangunan minyak lepas pantai yang telah dibuat seluruhnya di pabrik.
6.      Kesalahan fabrikasi on - site tapi tidak mempengaruhi aktivitas di lapangan secara langsung (diperbaiki tanpa mengganggu jalannya aktivitas konstruksi).
Misalnya : pengerjaan konstruksi atap baja yang dilakukan didalam lokasi proyek tetapi sebelum dipasang telah diketahui adanya kesalahan sehingga dapat segera diperbaiki sebelum dipasang dalam bangunan, dalam hal ini aktivitas pengerjaan konstruksi tidak terhambat.
Dengan banyaknya pengertian yang diberikan oleh para pakar tersebut maka untuk penelitian ini diambil satu pengertian yang dirasa tepat, yaitu yang menyatakan bahwa rework adalah : aktivitas dilapangan yang harus dikerjakan lebih dari sekali, atau aktivitas yang menghilangkan pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya sebagai bagian dari proyek diluar sumber daya, dimana tidak ada change order yang dikeluarkan. Pengertian / definisi dirasa paling tepat karena menyertakan pengecualian bagi terjadinya rework, yaitu jika terjadi change order atau bisa juga disebut sebagai change in managerial maka meskipun terjadi pengerjaan bagian yang sama lebih dari satu kali maka tidak akan digolongkan sebagai rework.


Respon Stress (skripsi dan tesis)


Stressor dapat menyebabkan empat hal (Wicken et al, 2004). Pertama, stressor akan menghasilkan suatu pengalaman psikologis seperti perasaan tertekan. Kedua, timbulnya gejala-gejala fisik yang dapat teramati dalam jangka pendek seperti peningkatan detak jantung dan tekanan darah. Ketiga, terjadinya penurunan efisiensi dan efektifitas kinerja. Keempat, dalam jangka panjang stressor akan menyebabkan pengaruh yang negatif pada kesehatan. Respon stress  dapat dilihat dari sisi individu maupun dari sisi organisasi. Respon stres secara individu akan tampak pada reaksi-reaksi terhadap pekerjaan dalam proses dan hasil dari pekerjaan itu sendiri.  Ada beberapa perubahan yang dirasakan individu ketika menghadapi tekanan yaitu reaksi fisik, emosi, pikiran dan perilaku. Perubahan fisiologis sampai munculnya berbagai penyakit akan muncul dalam kondisi stres. Misalnya jantung berdebar, keringat dingin dan berbagai gangguan psikosomatis lainnya (Bachroni dan Sahlan Asnawi, 1999).
Moorhead dan Griffin (1995) menyatakan bahwa ada tiga dampak terhadap individu yaitu perilaku, psikologis dan medis. Secara perilaku, orang akan melakukan perilaku-perilaku yang tidak biasa seperti minuman keras atau perilaku tindakan kekerasan. Dampak yang lain adalah dampak psikologis yang mengakibatkan misalnya gangguan pada pola makan dan tidur. Dampak pada kesehatan misalnya menyebabkan tekanan darah tinggi dan sakit kepala.
Sementara secara spesifik disebutkan bahwa stres kerja mempunyai dampak negatif terhadap kinerja, ketidakhadiran dan kemungkinan kepindahan (Davis dan Newstroom, 1989). Model hubungan antara stres kerja dengan kinerja disajikan dalam moden stres-prestasi kerja (hubungan U terbalik) pola U tersebut menunjukkan hubungan tingkat stres (rendah tinggi) dengan kinerja (rendah-tinggi). bila tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada dan prestasi kerja cenderung menurun. Sejalan dengan meningkatnya stres, prestasi kerja cendrung naik karena stres membantu karyawan untuk mengerahkan sumber daya dalam memenuhi kebutuhan kerja. Akhirnya stres mencapai titik stabil yang kira-kira sesuai dengan kemampuan prestasi karyawan (Robbins, 1996).
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa repon stress dapat berwujud yaitu perilaku, psikologis dan medis dimana hubungannya termodelkan dalam pola U terbalik. Dimana artinya makin tinggi tingkat stres, tantangan kerja juga bertambah maka akan mengakibatkan prestasi kerja juga bertambah. Tetapi apabila tingkat stress sudah optimal maka akan menyebabkan gangguan kesehatan dan pada akhimya akan menurunkan prestasi kerja yang terlalu tinggi. Stres kerja yang sudah optimal umumnya akan mengakibatkan timbulnya kelelahan psikologis yang menyebabkan seorang karyawan akan bekerja dalam keadaan tertekan dan memperbesar terjadinya kesalahan. Sedangkan beban kerja yang terlalu rendah akan menimbulkan kebosanan atau gangguan psikologis.

Sumber Stres Kerja (skripsi dan tesis)

Dikemukakan Northcraft (1999) bahwa ada dua bentuk sumber stress kerja yaitu perasaan frustasi karena tidak mampu mengontrol situasi yang sedang berlangsung atau karena dari situasi tidak menentu/tidak mampu diprediksikan. Semakin besar potensi frustasi terhadap ketidakpastian dan kotrol yang rendah terhadap situasi, maka semakin besar stress yang dirasakan. Frustasi yang mungkin muncul dari control yang rendah bersumber dari konsultasi yang kurang baik, hambatan perilaku, terlalu banyak atau sedikit pekerjaan, tekanan waktu, partisipasi rendah dalam pengambilan keputusan, dan tuntutan baik dari keluarga masyarakat atau keluarga, serta hubungan interpersonal yang kurang baik. Sumber stress karena ketidakpastian adalah politik dalam organisasi, ketidaknyamanan pekerjaan, kekaburan peran, konflik peran dan delegasi yang kurang jelas.
Moorhead dan Griffin (1995) mengatakan bahwa ada beberapa sumber stress dari organisasi yang mempunyai dampak terhadap perilaku yaitu stress yang berasal dari organisasi dan sumber yang berasal dari kehidupan. Stres yang berasal dari organisasi meliputi tuntutan tugas, tuntutan fisik dan tuntutan interpersonal yang dijelaskan sebagai berikut :
1.         Tuntutan tugas adalah sumber stress yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu. Umumnya bila beban kerja tinggi maka semakin stres semkin mudah muncul.
2.         Tuntutan fisik sebagai sumber stres adalah apakah rancangan lingkungan menjadi sumber stres atau tidak.
3.         Tuntutan peran berkaitan dengan interaksi di pekerjaan.
Sementara stres kehidupan berkaitan dengan perubahan kehidupan dan trauma dalam kehidupan. Perubahan kehidupan misalnya kematian pasangan hidup dan trauma kehidupan misalnya perceraian dengan pasangan hidup.
Menurut Robbins (1996) kondisi-kondisi penyebabkan stres disebut dengan stressor yang dapat dikategorikan menjadi sumber stres terkait dengan faktor organisasi antara lain: (a) tuntutan tugas, merupakan tuntutan yang dikaitkan dengan pekerjaan seseorang (b) tuntutan peran, berhubungan dengan tekanan yang diberikan seseorang sebagai suatu fungsi dan peran tertentu yang dijalankan dalam organisasi (c) tuntutan pribadi, adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain.
Kondisi kerja yang menyebabkan diperjelas oleh Davis (1996) dapat berasal dari beban kerja yang berlebihan, tekanan dan desakan waktu, kualitas penyelia yang jelek, iklim politik tidak aman, wewenang yang tidak memadai untuk melaksanakan tanggung jawab, konflik dan ketaksaan (ambiguity) peran, perbedaan antara nilai perusahaan dan karyawan, serta perubahan tipe dan frustasi. Secara singkat kesemua penyebab stres demikian dikategorikan menjadi on the job dan off the job (Handoko, 1992).
Cartwright et al. (1995) memilah-milah penyebab stres kerja menjadi 6 kelompok, yaitu: faktor instrinsik pekerjaan, faktor peran individu dalam organisasi kerja, faktor hubungan kerja, faktor pengembangan karier, faktor struktur organisasi dan suasana kerja, faktor di luar pekerjaan.

Karyawan proyek konstruksi (skripsi dan tesis)


Setiap kegiatan perlu diorganisasikan, yang berarti bahwa kegiatan tersebut harus disiapkan, disusun dan dialokasikan serta dilaksanakan oleh para unsur organisasi tersebut sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien dan efektif. Proses ini meliputi perincian pekerjaan, pembagian pekerjaan dan koordinasi pekerjaan yang terjadi dalam suatu lingkup dan struktur tertentu. Soekanto (2003).
Karyawan proyek konstruksi adalah orang atau tenaga kerja yang terlibat di dalam proyek konstruksi untuk melakukan keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapanya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainya.
Karyawan proyek konstruksi atau tenaga kerja dapat di jelaskan sebagai berikut (Coory, 2009):
1.      tenaga ahli, yaitu tenaga kerja yang berlatar belakang pendidikan universitas atau akademi yang berpengalaman sesuai dengan bidangnya,
2.      tenaga menengah, yaitu tenaga kerja yang berlatar belakang pendidikan STM untuk mengurusi masalah teknik dan pengawasan,
3.      tenaga borong atau mandor, yaitu tenaga kerja yang bertanggung jawab atas pekerjaan dan menangani pekerjaan-pekerjaan yang spesifik. Tenaga borongan atau mandor dituntut memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu, misalnya dapat membaca gambar-gambar konstruksi, dapat membuat hitungan-hitungan ringan dan dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan,
4.      tenaga tukang, yaitu tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman serta cara kerja yang sederhana,
5.      tenaga kasar, yaiu tenaga kerja yang bekerja mengandalkan kondisi fisik yang kuat dan sehat serta tanpa berbekalkan keahlian tertentu. Tenaga kasar bertanggung jawab kepada mador.

Proyek Konstruksi (skripsi dan tesis)


Pengertian suatu proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber daya untuk mendapatkan manfaat. Kegiatan-kegiatan berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Sumber daya yang digunakan dalam pelaksanaan proyek dapat berbentuk barang-barang modal, bahan-bahan mentah, tenaga kerja dan waktu. Sumber daya tersebut sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai barang atau jasa, konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh manfaat yang lebih besar dimasa yang akan datang (Imam soeharto, 1999). Dari pengertian di atas, proyek mempunyai ciri-ciri:
a.       memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir,
b.      jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses       pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan,
c.       bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya  tugas, titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas, dan
d.      tidak berulang, macam dan intensitas kegiatan berubah atau tidak  sama.
Proyek konstruksi memiliki karakteristik unik yang tidak berulang pada proyek lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi yang mempengaruhi proses suatu proyek konstruksi berbeda satu sama lain. Misalnya kondisi alam seperti perbedaan letak geografis, hujan, gempa dan keadaan tanah merupakan faktor yang turut mempengaruhi keunikan proyek konstruksi (Ervianto, 2004). Intinya dalam setiap proyek apapun terdapat empat elemen esensial yaitu kerangka waktu tertentu, suatu pendekatan yang teratur terhadap kegiatan-kegiatan yang saling bergantung, hasil yang diinginkan dan karakteristik-karakteristik unik (Davidson, 2002).