Selasa, 27 Desember 2016

Teknik Pengukuran Produktivitas OMAX (skripsi dan tesis)


Metode Objective Matrix (OMAX), suatu metode pengukuran produktivitas yang menilai performansi kerja ditiap-tiap bagian perusahaan secara objektif, sekaligus mencari faktor-faktor penyebab penurunan produktivitas apabila ditemukan. Dalam penyusunan matriks OMAX, ada tiga langkah utama yang harus dilakukan, antara lain (Joniarto Parung, dalam Sudiyarto dan Waskito (2012)) :
1.      Defining. Langkah ini dilakukan pendefinisian dari kriteria produktivitas yang ingin diteliti. Kriteria ini sebaiknya independen dan mudah diukur. Ukuran/dimensi, yang berkaitan dengan volume dan waktu, harus ditetapkan dengan baik. Cara pengukuran dan pengambilan data juga harus ditetapkan.
a.         Kriteria Produktivitas, adalah kriteria yang menjadi ukuran produktivitas pada bagian atau departemen yang akan diukur produktivitasnya, dan kriteria produktivitas sebaiknya lebih dari satu.
b.         Performansi Sekarang adalah nilai tiap produktivitas yang sebenarnya berdasarkan pengukuran selama periode yang ditetapkan. Beberapa contoh dari kriteria dan rasio pengukuran produktivitas yang digunakan adalah :
 Dalam kuantitas = output / jam kerja
 Dalam kualitas = jumlah cacat / jumlah produksi
 Dalam waktu = total waktu tunggu/total waktu tersedia
 Dalam utilisasi = tenaga kerja aktual/tenaga kerja standar
2.      Quantifying adalah badan dari matriks yang berisi tentang tingkat pencapaian dari kriteria produktivitas. Matriks-matriks ini memiliki beberapa skala penilaian, antara lain :
a.         Level 10, berisi tingkat pencapaian realistis optimal yang mungkin dicapai.
b.         Level 3, berisi tingkat performansi pada waktu awal pengukuran.
c.         Level 0, berisi tingkat pencapaian terburuk yang mungkin terjadi.
Diantara level 0 sampai level 10 terdapat level 1-9, yang berisi kisaran pencapaian dari nilai terjelek sampai nilai optimal. Level 1 dan 2 diperoleh dari interpolasi nilai level 0 dan 3, dan level 4-9 diperoleh dari interpolasi nilai level 3 dan 10. Anggota dari grup kerja yang dibentuk seharusnya berpartisipasi dalam penetuan level-level tersebut.
3.      Monitoring pada dasarnya matriks adalah perhitungan dari performance indicator (indikasi unjuk kerja), hasil dari perhitungan ini terletak dibagian paling bawah dari matriks. Pengamatan terdiri dari :
a.       Score (Skor)
Nilai level dimana nilai pengukuran produktivitas berada. Misalnya, jika output / jam sama dengan 100 terletak pada level 5, maka skor untuk pengukuran itu adalah 5. Jika terdapat pengukuran yang tidak tepat sesuai dengan angka pada matriks, maka harus dilakukan pembulatan kebawah.
b.      Weight (Bobot)
Besarnya bobot dari setiap kriteria mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat produktivitas yang diukur, maka dari itu perlu dicatat prosentase kepentingan total produktivitas. Bobot ini yang nantinya akan diukur menggunakan metode AHP.
c.       Value (Nilai)
Nilai yang dihasilkan dari perkalian skor pada kriteria tertentu dengan bobot kriteria tersebut.
d.      Performance Indicators Pada bagian ini terdapat tiga bagian, yaitu :
Current = jumlah nilai semua kriteria pengukuran
Previous = jumlah pengukuran sebelumnya
Indeks Produktivitas (IP) = perbandingan antara periode yang diukur dengan periode sebelumnya (untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan atau penurunan produktivitas)
Rumus :
 IP = current - previous X 100%
            Previous
dimana :
IP = Indeks Produktivitas (Productivity Index)
Current = nilai kriteria saat pengukuran
Previous = nilai kriteria periode sebelumnya

Tidak ada komentar: