Jumat, 16 Desember 2016

Kondisi Ekonomi dan Sosial Chiapas (skripsi dan tesis)


Chiapas adalah salah satu negara bagian di wilayah tenggara Meksiko yang berbatasan dengan Tabasco di bagian utara, Veracruz  di bagian barat laut, dan Oaxaca di bagian barat. Sementara di bagian timur Chiapas berbatasan dengan Guatemala, dan di wilayah selatan berbatasan dengan Samudera Pasifik. Luas wilayah Chiapas sebesar 73,887 km² dengan jumlah penduduk 4,293,459 (pada sensus penduduk tahun 2005). Secara geografis Chiapas adalah bagian Amerika Tengah, genting tanah vulkanik yang menjadi batas paling selatan suku-suku adat Amerika Utara. Wilayah tengahnya adalah dataran tinggi bergunung- gunung. Di barat daya terdapat dataran rendah subur yang berbatasan dengan Samudra Pasifik. Di sisi timur terdapat Hutan Lacandon. 
Sekitar 55% populasi wilayah Chiapas terdiri dari  Mestizos, 40% Amerindian dan 5% merupakan pendatang dari Afrika serta Timur Tengah. Sebagian besar penduduk Chiapas termasuk dalam masyarakat miskin dan terbelakang dengan sektor ekonomi utama pertanian dengan teknologi sederhana. Kondisi ini mengakibatkan banyak penduduk mengalami malnutrisi yang diperkirakan mencapai 40% dari populasi, tingginya angka kejahatan, dan banyaknya imigran gelap ke Amerika Serikat. Separuh dari 3,5 juta penduduknya tidak mempunyai air layak minum, dua pertiganya tidak mempunyai saluran pembuangan. 12 persen rumah beratap kardus. 12 ribu komunitas tidak punya sarana transportasi apapun selain jalan setapak. 72 persen anak putus sekolah sebelum kelas satu. Di bidang kesehatan satu setengah juta orang tidak dilayani sarana medis. Untuk setiap 10.000 warga Chiapas cuma ada 2 klinik (seperlima rerata nasional) dan 3 ranjang rumah sakit (sepertiga rerata nasional). Padahal bila dibandingkan dengan infrastruktur pariwisata, ada 7 kamar hotel untuk setiap 1.000 turis. 45 persen penduduk Chiapas kurang gizi, dan di pegunungan dan wilayah hutan angka ini melonjak hingga 80%. Tahun 1994, malnutrisi, kolera, TBC, disentri, dan penyakit-penyakit lain yang mestinya gampang disembuhkan telah menewaskan 15.000 orang Indian setiap tahunnya.[1]
Padahal Chiapas merupakan wilayah yang kaya sumber daya alam.. Setiap hari perusahaan minyak Pemex menyedot 92 ribu barel minyak dan 517 miliar kaki kubik gas alam. 35 persen kopi produksi Meksiko berasal dari Chiapas dan pada tahun 1988 ekspor kayu membawa laba 23,9 miliar peso.
Kondisi masyarakat Chiapas ini oleh disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah Meksiko yang hanya memusatkan hasil pembangunan pada ibu kota dan kota-kota besar saja serta tidak adanya program peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai alternatif cara meningkatkan kesehjateraan mengakibatkan ketertinggalan masyarakat pribumi untuk ikut serta dan menikmati hasil pembangunan. Misalkan meskipun 55% tenaga hidroelektrik dan 20% tenaga listrik Meksiko dihasilkan di Chiapas, hanya sepertiga rumah di negara bagian itu yang dialiri listrik.[2]
Ikutnya pemerintah Meksiko untuk menyetujui NAFTA juga dianggap pada akhirnya akan mengakibatkan penekanan terhadap hak-hak rakyat untuk menikmati pembangunan yaitu dengan adanya praktek pelanggaran terhadap pasal 24 dalam Konstitusi Meksiko oleh kebijakan pemerintah Meksiko dimana seharusnya terdapat jaminan bagi hak pengelolaan sumber daya mandiri masyarakat pribumi. Ketika menjadi anggota NAFTA, maka Meksiko diharuskan mengubah sistem kepemilikan tanahnya agar ”lebih kondusif bagi pasar” yaitu Presiden Salinas dengan sewenang-wenang mengamandemen Pasal 27 UUD 1917 yang menjamin keberadaan ejido atau tanah komunal masyarakat tanpa bisa diganggu gugat. Adanya amandemen ini berarti tanah komunal sekarang bebas diperjualbelikan; implikasinya: masyarakat adat bisa dengan mudah digusur. Padahal pasal 27 inilah inti dari reforma agraria Emiliano Zapata yang diperjuangkan selama Revolusi 1910-1920. Selain menghapus reforma agraria, langkah-langkah pro pasar Salinas lainnya secara tipikal mencakup liberalisasi dan privatisasi. 85 % BUMN dijual pada swasta. Selain itu pemerintah juga mengharuskan adanya pemangkasan subsidi yang jauh menurunkan daya beli rakyat. [3]
Selain itu tingginya angka kemiskinan di Chiapas juga disebabkan oleh adanya sistem tuan tanah. Dalam sistem tersebut, petani pribumi harus membayar sewa tinggi kepada tuan tanah yang telah digunakan sejak tahun 1917. Sistem ini kemudian diturunkan generasi demi generasi menyebabkan kondisi mayarakat Chiapas selama bertahun-tahun tidak mengalami  banyak perubahan. Sistem tuan tanah merupakan warisan budaya kolonialisme Spanyol dimana masyarakat pribumi diperbudak lewat pranata-pranata melalui encomienda (tanah yang ”dititipkan” pada para pemukim Spanyol) dan repartimiento (aturan yang mewajibkan orang Indian menggarap tanah ini dengan sedikit upah atau tanpa upah sama sekali). Pada peralihan abad 17 nyaris semua tanah subur Chiapas sudah dikuasai oleh pemilik ternak dan perkebunan. Meski perbudakan praktis sudah terhapus, ketimpangan kepemilikan tanah tak banyak berubah hingga kini. Ketimpangan yang melahirkan kemiskinan kronis dan gejolak sosial ini diperparah oleh struktur politik dan kekuasaan yang ada di Meksiko. Para pemilik tanah tersebut akhirnya menjadi caudillo dan cacique, yaitu kalangan atas yang menguasai tidak hanya bidang ekonomi namun juga bidang politik.




Tidak ada komentar: