Variabel-variabel belajar tuntas, antara lain
mencakup : Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa
ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran, ketekunan
belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang
timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan
efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah
instruksional, kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas
pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar
belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima
pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan,
dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar, kesempatan waktu yang tersedia (time
allowed for learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam
rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata
pelajaran, bidang studi atu pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot
bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.
Ide dari belajar tuntas adalah relatif tua. Awal
tahun 1920-an talah ada paling tidak dua usaha besar untuk memperoleh
ketuntasan dalam belajar siswa. Salah satunya adalah Winnetka Plan dari
Carleton Washburne dan kelompoknya (1922); sedangkan yang lain dibangun suatu
pendekatan oleh Prof. Henry C. Morrison (1926) pada Universitas Chicago
Laboratory School (Block, dalam Titikusumawati, Eti, 2008 :4)
Pendekatan ini diberikan dengan banyak keistimewaan.
Pertama, ketuntasan didefinisikan dalam bantuk pendidikan khusus yang obyektif,
masing-masing siswa diharapkan untuk mencapainya. Pengertian obyektif untuk
Washburne, sedang kognitif dan afektif dan bahkan psikomotor untuk Morrisen.
Kedua, pembelajaran telah diatur ke dalam satuan belajar yang baik.
Masing-masing satuan memuat kumpulan dari bahan ajar yang secara sistematis
disusun untuk mengajar yang diinginkan tujuan masing-masing satuan (Washburne)
atau tujuan (Morrison). Ketiga, ketuntasan lengkap dari masing-masing satuan
diperlukan siswa sebelum mengerjakan satuan selanjutnya. Keistimewaan ini
secara khusus penting dalam Winnetka Plan karena satuan-satuan tersebut dijaga
untuk disusun sehingga pembelajaran dari masing-masing satuan dibangun pada
belajar sebelumnya (Titikusumawati, Eti, 2008: 5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar