Selasa, 22 November 2016

Model Pembelajaran Inovatif (skripsi dan tesis)


Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku pesrta didik secara adaptif maupun generatif, model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya belajar guru (teaching style) yang keduanya disingkat menjadi (Style of learning and teaching). (Sagala, 2003)
Saat ini, dikalangan guru senantiasa berdengung istilah pembelajaran inivatif. Dimana-mana, inovatif menjadi barang yang diburu guru untuk diketahui, dipelajari, dipraktekkan dikelas, seolah-olah, tanpa inovatif dunia guru tidak haru namanya. Bahkan, seminar, pelatihan dan lokakarya yang diselenggarakan untuk guru selalu disesaki oleh serta yang berlabel guru.
Kata inovatif dimakanai sebagai beberapa gagasan dan tehnik yang baru. Adapun kata inovatif, berarti pembaharuan. Pembelajaran, merupakanterjemahan dari learning yang artinya belajar. Jadi, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar (Suyatno, 2009).
Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran inovatif tersebut, tekandung makan pembaharuan. Gagasan pembaharuan muncul sebagai akibat pembelajaran dirasakan statis, klasik, dan tidak produktif dalam memecahkan masalah belajar. Oleh sebab itu, dibutuhkan paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan masalah tersebut. Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat. Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a.       Pembelajaran, bukan pengajaran
b.      Guru sebagai fasilitator, bukan intrukstur
c.       Siswa sebagai subyek, bukan obyek
d.      Multimedia, bukan monomedia
e.       Sentuhan manusiawi, bukan hewani
f.       Pembelajaran induktif, bukan deduktif
g.      Materi bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal
h.      Keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif.
Pembelajaran inovatif lebih menyediakan proses yang mengarah pada penemuan hakikat siswa sesuai fitrahnya sebagai manusia berpotensi. Oleh sebab itu, apapun fasilitas yang dikreasi untuk menfasilitasi dan siapapun fasilitaator yang ajan menemani siswa belajar, seyogyanya berorientasi pada tujuan belajar siswa. Tujuan belajar yang orisinal muncul dari dorongan hati. Dalam menangani siswa, pembelajaran inovatif haruskah seirama dengan karakteristik siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter manyatakan “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia mereka ke dunia kita”. Artinya, guru harus mampu menyesuaikan diri terhadap warna dan sikap dasar siswa sehingga mampu membawa sisiwa ke dunia yang dikehandaki berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan begitu, ikatan emosi, empati dan saling ketergantungan anatar siswa dan guru terjadi dan memunculkan dimensi keberhasilan belajar.
Belajar sering kali diidentikkan oleh para penimba ilmu yakni siswa sebagai sesuatu hal yang penuh tuntutan dan mutlak dilakukan karena melihat proses dan format tempat belajarnya sendiri cenderung sangat formal dan menjemukan. Karena itulah mengapa model pembelajaran yang cenderung membosankan tersebut harus dirubah menjadi sesuatu yang menyenangkan tetapi bisa memotivasi siswa untuk antusias mengikuti pelajaran dan partisipun akan terlahir dengan sendirinya. Serta dengan adanya berbagai macam perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka menuntut agar diimplementasikannya suatu model pembelajaran yang efektif, kreatif dan inovatif yakni dengan menggunakan model pembelajaran inovatif.
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran Inovatif membantu siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi melalui kreasi pemahaman baru yang merupakan hasil dari munculnya struktur kognitif baru. Pemahaman yang mendalam terjadi ketika hadirnya informasi baru yang mendorong munculnya atau menaikkan struktur kognitif yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali ide-ide mereka sebelumnya.
Dalam seting kelas pembelajaran inovatif, para siswa bertanggung jawab terhadap pelajarannya, menjadi pemikir yang otonom, mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang menantang, dan menemukan jawabannya secara mandiri. Tujuh nilai utama dalam pembelajaran ini yaitu: kolaborasi, otonomi individu, generativitas, reflektivitas, keaktifan, relevansi diri, dan pluralisme. Nilai-nilai tersebut menyediakan peluang kepada siswa dalam pencapaian pemahaman secara mendalam.
a.       Prinsip Pembelajaran Inovatif
Berikut ini asas pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan segala kompetensi yang akan dicapai berdasarkan mata pelajaran apapun.
1)      Berpusat pada siswa
Student centered mengandung pengertian pembelajaran menerapkan strategipedagogik yang mengorientasikan siswa kepada situasi yang bermakna, kontektual, dunia nyata dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pembelajar ketika mereka mengembangkan pengetahuan tentangmateri pelajaran yang dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah.
Paradigma yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran dan siswa sebagai objek, seharusnya diubah dengan menempatkan siswa sebagai subyek yang belajar secara aktif membangun pemahamannya dengan jalan merangkai pengalaman yang telah dimilikinya dengan pengalaman baru yang dijumpai.
Pengalaman nyata dari negara lain menunjukkan bahwa minat dan prestasi siswa bidang matematika, saint, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi baru dengan pengalaman yang telah mereka miliki atau mereka kuasai.
2)      Berbasis masalah
Pembelajaran hendaknyadimulai dari masalah-masalah aktual, relevan, dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang berbasis materi aajar sering kali tidak relevan dan tidak bermakna bagi siswa sehingga tidak menarik perhatian siswa. Pembelajaran yang dibangun berdasarkan meteri ajar seringkali terlepas dari kejadia aktual di masyarakat. Akibatnya, siswa tidak dapat menerapkan konsep yang dipelajari di dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa belajar suatu konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian, sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapaai, yaitu jawaban tehadap suatu masalah, dan cara memecahkan suatu masalah. Kemamapuan tentang memecahkan masalah lebih dari sekedar akumulasi pengetahuan, tetapi merupakan perkembangan kemampuan fleksibilitas dan strategi kognitif yang membantu mereka menganalisis situasi tak terduga serta mampu menghasilkan solusi yang bermakna. Bahkan , Gagne mengatkan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan hasil yang paling tinggi.
3)      Terintegrasi
Seorang yang belajar seharusnya tidak menggunakan “kaca mata kuda” yang tahu secara mendalam disiplin ilmunya. Akan tetapi, sama sekali buta tentang kaitan ilmu yang dipelajari dengan disiplin lain. Di dalam inovasi pembelajaran pendekatan terintegrasi lebih diharapkan daripada pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan pendekatan disiplin ilmu adalah siswa tidak dapat melihat sistem, mereka akan terkotak pada satu disiplin, sehingga tidak heran ketika guru ditanya: “apa fungsi air?” di malah bertanya balik air itu apa? Memangnya ada banyak macam ait? Grur tersebut menjawab ada dua macam air, yaitu air IPS dan air IPA yang fungsinya berbeda.
4)      Berbasis masyarakat
Masyarakat adalah sumber belajar yang paling kaya. Di masyarakat, segala bahan pembelajaran tersedia dari ilmu sosial sampaipada ilmu eksakta. Masyarakat juga merupakan cermin pembaharuan masyarakat selalu mengikuti perubahan zaman. Jadi, pembelajaran inovatif tentunya harus berbasis masyarakat. Mengajak siswa untuk mengimplementasikan yang dipelajari dari dalam kelas ke konteks masyarakat atau sebaliknya mengambil masalah-masalah yang terjadi di masyarakat sebagai bahan untuk belajar ketrampilan dan pengetahuan yang lebih dalam merupakan proses pembelajaran yang bermakna. Siswa akan lebih cepat menyimpan meteri pembelajaran kedalam memorinya jika materi itu berbasis pengalaman nyata di masyarakat.
5)      Memberikan pilihan
Setiap orang bersifat unik, berbeda dengan orang lain. Siswa yang belajar juga demikian. Mereka memiliki variasi pada gaya belajar, kecepatan belajar, pusat perhatian dan sebagainya. Menyamaratakan siswa selama proses belajar-mengajar mungkin akan berdampak pada hasil belajar. Pembelajaran yang inovatif member perhatian pada keragaman karakteristik siswa itu. Atas dasar itu maka pembelajaran bukan dilakukan seperti yang diinginkan oleh guru, tetapi lebih pada apa yang diinginkan oleh siswa.
Untuk itu pembelajaran harus menyediakan alternatif yang dipilih siswa. Proses belajar adalah proses akti yang harus dilakukan oleh siswa. Keharusan menyediakan juga berkait dengan karakteristik subtansi ilmu yang disampaikan dan pengaruh strategi yang digunakan terhadap retensi siswa. Ketrampilan psikomotor , ketrampilan kognitif, ketrampilan sosial serta ketrampilan memecahkan masalah serta sikap memilih strategi pembelajaran yang berbeda-beda untuk mencapai tujuannya.
6)      Tersistem
Seringkali hasil belajar bersifat hierarki, begitu pila substansi materi pelajarannya. Materi tertentu membutuhakan kebutuhan lain sebagai prasyarat yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum seseorang dapat mempelajari materi tersebut. Begitu pula ketrampilanketrampilan tertentu terutama psikomotor bersifat prosedural, memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan secara sekuensial sebelum menuntaskannya dengan baik. Suatu pengetahuan prosedural mustahil dilakukan tanpa dilaksanakan secara berurutan. Setiap langkah pengetahuan prosedural merupakan prasyarat bagi langkah selanjutnya.
7)      Berkelanjutan
Berkelanjutan mengandung pengertian “never ending process” . setiap proses pembelajaran yang dilakukan meletakkan dasar bagi pembelajaran berikutnya. Setiap konsep yang diperoleh pada pembelajaran sebelumnyaharus dirangkai secarakontinyu debgan konsep baru yang diperoleh sehingga membentuk jalinan konsepdidalam benak seseorang (Suyatno, 2009)
Belajar sebagai proses tentu tidak pernah sepotong-potong atau bagian dari penggalan saja. Belajar nerupakan rangkaian pemahaman terhadap sesuatu secara terus-menerus. Untuk itu, pembelajaran inovatif berorientasi pada pembelajaran yang berkelanjutan sampai pada tingkat kedalaman dan keluasaan materi.

Tidak ada komentar: