Senin, 14 November 2016

Media Karikatur


Menurut Semi (1993: 61-62) secara umum, media dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok besar, yakni: (1) pengalaman aktual, (2) pengalaman buatan, seperti permainan, dan bermain peran (3) media radio, tape recorder, dan piringan hitam, (4) media viusual, seperti foto, grafik, bangun, dan flash card, (5) media audio-visual, seperti kombinasi silide dan tape, tv, (6) media cetak, seperti surat kabar, buku, dan majalah, (7) model, seperti kerangka manusia.
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan media karikatur. Dalam Penelitian Sortino (2003) dengan judul  “The comic of Clamat’: the use of a  comic as a linguistic mediator” menunjukkan bahwa dengan menggunakan media komik dapat mendorong perkembangan diagram mental atau logika yang menggunakan simbol bahasa Jawa tertentu, mendorong untuk  mengingat suatu formula atau untuk memahami suatu situasi masalah secara lebih baik dan hubungan antar data pada masalah tertentu.
Komik juga dapat menimbulkan imajinasi dan mempersiapkan stimulus berpikir kreatif. Komik juga dapat memberikan apresiasi bahasa dan mengembangkan komunikasi lisan, mengembangkan proses berpikir kognitif, ungkapan perasaan, dan meningkatkan kepekaan seni (Rothlein dan Meinbach: 1991). Sedangkan menurut Davis (1997) komik  yang begitu menarik sebagai suatu alat pendidikan disebabkan karena: (a) a built-in desire to learn through comics; (b) easy accessibility ini daily newspaper and bookstands; (c) the novel and ingenious way ini which this authentic medium depicts real-life language and “every facet of people and society”; and (d) the variety of visual and linguistic element and codes tahet appeal to student with different learning style.
Hasil penelitian Muliyardi (1999) menunjukkan bahwa soal cerita yang disajikan dalam bentuk komik disukai oleh anak-anak kelas 1 SD, serta dapat mengurangi rasa takut mereka terhadap pekerjaan rumah, selain itu penyajian dalam bentuk komik dapat membantu anak dalam melancarkan membaca, serta dapat mengurangi rasa bosan terhadap pelajaran bahasa Jawa. Sedangkan hasil penelitian Ramlan (2004) menunjukkan: (1) agar gambar seni rupa yang digunakan untuk media pembelajaran bahasa Jawa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, harus memenuhi peryaratan-persyaratan, antara lain illustrasi gambar harus erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari, diproduksi bagus, menyatu dengan teks, ukurannya besar, komposisi yang baik, berwarna dan bervariasi; (2) apabila gambar seni rupa digunakan sebagai media pembelajaran bahasa Jawa, akan melahirkan aktivitas pada proses pembelajaran.
Anak-anak usia sekolah menyukai komik karena beberapa hal diantaranya: (1) melalui identifikasi dengan karakter di dalam komik, anak memperoleh kesempatan yang baik untuk mendapat wawasan mengenal masalah pribadi dan sosialnya. Hal ini akan membantu memecahkan masalahnya, (2) komik menarik imajinasi anak dan rasa ingin tahu tentang masalah supranatural, (3) komik memberi anak pelarian sementara hirup pikuk hidup sehari-hari, (4) komik mudah dibaca, bahkan anak yang kurang mampu membaca dapat memahami arti dari gambarnya, (5) karena komik tidak mahal dan juga ditayangkan di televisi sehingga semua anak mengenalnya, (6) karena banyak komik yang menggairahkan, misterius, dan lucu, komik mendorong anak untuk membaca yang tidak banyak diberikan buku lain, (7) bila berbentuk serial, komik memberi sesuatu yang diharapkan, (8) dalam komik, tokoh sering melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak berani mereka lakukan sendiri, walaupun mereka ingin melakukannya, ini memberikan kegembiraan, (9) gambar dalam komik berwarna-warni dan cukup sederhana untuk dimengerti anak-anak (dalam Hurlock, 2000)

Tidak ada komentar: