Selasa, 22 November 2016

Manfaat Mastery Learning (skripsi dan tesis)


Manfaat pendekatan Mastery Learning yang lain dikemukakan oleh Guskey & Gates, 1986, pertama, Mastery Learning memotivasi siswa karena akan membangun rasa percaya diri mereka bahwa semua dari mereka dapat menguasai tujuan pendidikan secara pasti. Lebih lanjut, Mastery Learning menuntut bahwa komunikasi adalah faktor esensi dari tujuan tersebut. Mastery menjadi lebih dari hanya sekedar sesuatu yang biasanya hanya dapat dicapai oleh sedikit siswa. Kedua, ketika direncanakan dengan baik, mastery membuat belajar dan pembelajaran menjadi lebih efisien. Siswa menjadi tahu bahwa mereka perlu belajar, dan guru tahu bahwa mereka perlu untuk memberi bantuan macam apa yang secara individu diperlukan siswa. Dengan demikian siswa yang paling lambanpun bisa tetap terangkum dalam bimbingan untuk mengejar yang lain sampai mencapai ketuntasan, tetapi walaupun manfaat mastery learning, seperti yang telah diuraikan di atas, tetap saja sistem tersebut tidaklah sempurna (Titikusumawati, Eti, 2008: 8).
Masalah utama yang paling dirasakan terletak pada inti dari pendekatan Mastery Learning: dalam setting sekolah umum, waktu pembelajaran terlalu beragam (Slavin, 1987b). Jika guru memberikan perbaikan dalam jam kelas, maka perhatian guru secara kontinyu terpecah antara siswa pandai dan siswa kurang pandai. Dan hal ini kadang-kadang secara tidak disadari oleh guru telah menghabiskan waktu lebih lama sengan siswa yang lamban, Sehingga bagi siswa yang cepat mengerti akan merasa banyak waktu terbuang hanya untuk menunggu siswa lain yang belum memahami pelajaran, memberikan perbaikan pembelajaran di luar jam kelas juga mempunyai kendala. Salah satunya, hal ini akan menambah jam kerja guru secara substansi, tidak realistik pada peluang guru untuk menambah jam lembur mereka pada substansi dasar. Akibatnya, yang paling banyak dipersembahkan guru mungkin tidak dapat memberikan siswa yang paling lamban cukup waktu ekstra untuk mencapai ketuntasan. Dengan demikian, guru-guru sepertinya tidak membuang waktu mengajar terlalu banyak atau sedikit untuk kelas tersebut, dan siswa-siswa yang “lamban”pun tetap terangkum dalam bimbingan) (Titikusumawati, Eti, 2008.: 8).
Keunggulan belajar tuntas, yaitu belajar tuntas memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut: a) Memungkinkan siswa belajar lebih aktif, karena memberikan kesempatan mengembangakn diri, dan memecahkan masalah sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri; b) Sesuai dengan psikologi belajar modern berpegang pada prinsip perbedaan individual dan belajar kelompok.; c) Berorientasi pada peningkatan produktivitas hasil belajar, yakni menguasai bahan ajar secara tuntas; d) Guru dan siswa bekerjasama secara partisipatif dan persuasif; e) Penilaian yang dilakukan mengandung nilai obyektifitas yang tinggi karena penilaian dilakukan oleh guru, teman dan diri sendiri.; f) Strategi ini tidak mengenal kegagalan siswa, karena siswa yang kurang mampu dibantu oleh guru dan temannya; g) Berdasarkan perencanaan yang sistematik.; h) Menyediakan waktu berdasarkan kebutuhan masing-masing iindividu; i) Berusaha menutupi kelemahan-kelemahan strategi belajar yang lain; j) Mengaktifkan para guru sebagai regu yang harus bekerjasama secara efektif sehingga proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara optimal.
Kelemahan belajar tuntas, antara lain : a) Sulit dalam pelaksanaan karena melibatkan berbagai kegiatan; b) Guru-guru masih kesulitan membuat perencanaan karena dibuat dalam satu semester; c) Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama sulit beradaptasi; d) Memerlukan berbagai fasilitas, dan dana yang cukup besar.
e)Menuntut para guru untuk lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang ditetapkan; f) Diberlakukannya sistem ujian (EBTA atau EBTANAS) yang menuntut penyelenggaraan program bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan siswa untuk menempuh ujian ) (Hikmah, 2009: 6).
 Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh. Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaranyang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien. Tingkat ketuntasan bermacam-macam dan merupakan persyaratan yang harus dicapai siswa. Persyaratan penguasaan bahan tersebut berkisar antara 75% sampai dengan 90% (Hikmah, 2009: 1). 

Tidak ada komentar: