Senin, 17 Oktober 2016

TEORI MOTIVASI


Menurut Herzberg ada dua kelompok factor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang dalam organisasi, yaitu pemuas kerja (job satisfiers) yang berkaitan dengan isi pekerjaan dan penyebab ketidakpuasan kerja ( job disatisfiers) yang bersangkutan dengan suasana pekerjaan “ Satisfiers “ disebut dengan istilah motivator dan “ dissatisfiers “ disebut factor-faktor hihienis (hygiene factors).
Faktor-faktor higienis adalah bersifat preventif dan merupakan factor lingkungan. Faktor-faktor ini bukan sebagai sumber kepuasan kerja tetapi justru sebaliknya sebagai sumber ketidakpuasan kerja, tetapi tidak akan menimbulkan dorongan dan kepuasan kerja. Faktor higienis sendiri tidak menimbulkan motivasi, tetapi diperlukan agar motivasi tidak berfungsi atau dengan kata lain berperan sebagai suatu landasan bagi motivasi kerja. Sedangkan kelompok lainnya yaitu motivator dibuktikan sebagai factor-faktor sumber kepuasan kerja yang dapat memotivasi manusia pada pekerjaan mereka.                                
Menurut Herzberg, seorang karyawan harus mempunyai pekerjaan yang lebih menantang, lebih  banyak tuntutan, kesempatan untuk menjadi ahli dan mengembangkan kemampuan agar dia dapat termotivasi. Sebagai faktor-faktor sumber kepuasan kerja, motivators dapat berbentuk prestasi, promosi atau kenaikan pangkat, penghargaan.
Jadi secara singkat bahwa factor higienis mempengaruhi ketidakpuasan kerja. Faktor higienis membantu individu untuk menghilangkan ketidaksenangan, sedangkan motivasi membuat individu senang dengan pekerjaannya.
2.    Menurut Heiddjrachman dan Suad Husnan membagi teori motivasi menjadi 3 (tiga) yaitu : ( Heidjrachman dan Suad Husnan, 1990 : 198 -206 ).

a.   Content Theory.
Teori ini, menekankan arti pentingnya pemahaman factor-faktor yang ada di dalam individu yang menyebabkan mereka bertingkah laku tertentu. Teori ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti : Kebutuhan apa yang di coba dipuaskan oleh seseorang ? Apa yang menyebabkan mereka melakukan sesuatu ? Dalam pandangan ini, setiap individu mempunyai kebutuhan yang ada di dalam yang menyebabkan mereka di dorong, ditekan atau dimotivisir untuk memenuhinya. Kebutuhan tertentu yang mereka rasakan akan menentukan tindakan yang mereka lakukan. Yaitu para individu akan bertindak untuk memuaskan kebutuhan mereka.
Sebagai misal seseorang yang saqngat kuat kebutuhan akan prestasi, mungkin mendorong untuk bekerja lembur hanya untuk menyelesaikan pekerjaan yang sulit tepat pada waktunya. Mereka yang kuat akan keutuhan self esteem mungkin terdorong untuk bekerja sangat hati-hati untuk bias menghasilkan produk dengan kualitas istimewa.                                                                              
Sehingga disini yang diperlukan manajemen adalah bagaimana menebak klebutuhan para karyawan, dengan mengamati perilaku mereka dan kemudian memilih cara apa yang biasa digunakan mereka mau bertindak sesuai dengan keinginan manajemen.

Proses Theory
Teori ini menekankan pada bagaimana dan dengan tujuan apa setiap individu dimotivisir. Dalam pandangan ini kebutuhan hanyalah salah satu elemen dalam suatu proses tentang bagaimana cara individu bertngkah laku. Sebagai misal seseorang mungkin melihat adanya kemungkinan yang besar untuk menerima suatu imbalan ( kenaikan gaji ) apabila mereka bertindak tertentu ( bekerja keras ). Imbalan ini menjadi sebuah perangsang atau motif untuk perilaku mereka. Dasar dari teori proses tentang motivasi ini adalah adanya Expectanty (Pengharapan) yaitu apa yang dipercayai oleh individu akan mereka peroleh dari tingkah laku mereka. Sebagai missal, apabila seseorng percaya bahwa bekerja dan mampu mencapai dead line akan memperoleh pujian, tetapi kalau tidak bisa selesai pada deat line tersebut akan memperoleh teguran, dan ia lebih suka untuk memperoleh pujian, maka ia akan bekerja untuk bias selesai sebelum deat line. Sebaliknya apabila selesai terlambatpun tidak akan diapa-apakan, sebagaimana selesai tepat waktunya juga tidak akan memperoleh apa-apa. Maka ia mungkin tidak akan terdorong untuk menyelesaikan tepat waktunya.

b.   Reinforcement Theeory
Teori menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku dimasa yang lalu mempengaruhi tindakan dimana yang akan datang dalam suatu siklus  proses belajar. Dalam pandangan teori ini individu bertingkah laku tertentu   karena   dimasa yang lalu mereka belajar bahwa perilaku tertentu   akan   berhubungan   dengan   hasil   yang   menyenangkan dan  perilaku tertentu akan menghasilkan akibat yang tidak menyenangkan. Karena umurnya individu lebih besar suka akibat yang menyenangkan mereka umumnya akan mengurangi perilaku yang akan mengakibatkan kosekuensi yang menyenangkan. Sebagai missal, individu akan lebih mentaati hokum, karena dengan patuh pada hokum itu akan menghasilkan pujian dan pelanggaran akan menghasilkan hukuman.

Tidak ada komentar: