Jumat, 26 September 2014

Judul Psikologi; Tipe Pola Asuh Orang Tua

Gerungan (2004) berpendapat bahwa pola asuh orang tua tidak berbeda halnya dengan cara kepemimpinan dalam kelompok yang terdiri dari tiga cara yakni otoriter, demokratis dan laissez-faire. Hal senada juga diungkapkan oleh Soesilowindradini yang mengungkapkan tiga macam cara menanamkan ketertiban yang diikuti orang tua antara lain cara otoriter yang menuntut anak hanya menurut pada orang tua dan cara demokratis dimana orang tua lebih banyak menunjukkan pengertian terhadap kebutuhan dan kemampuan anak, serta cara permisif dimana orang tua membiarkan saja anak mengerjakan apa yang dikehendakinya dengan harapan akan adanya pembelajaran diri dari anak.
Menurut Gunarsa (1981), ada empat penggolongan cara mendidik orang tua sesuai dengan sifat dan titik berat orang tua dalam berhubungan dengan anak. Pertama, cara pendidikan otokratis yang mengharapkan kepatuhan mutlak dari pihak remaja oleh sebab kekuasaan terletak di pihak orang tua. Kedua, cara pendidikan otoriter yang memperbolehkan remaja memberikan pandangan dan pendapatnya tanpa turut dipertimbangkan sedangkan orang tua tetap menentukan dan mengambil keputusan. Ketiga, cara pendidikan demokratis dimana remaja boleh mengemukakan pendapatnya sendiri, mendiskusikan pandangan-pandangannya dengan orang tua, menentukan dan mengambil keputusan. Dalam pendidikan yang demokratis ini orang tua masih melakukan pengawasan dalam hal mengambil keputusan terakhir dan bila diperlukan persetujuan orang tua. Keempat, cara pendidikan dengan hak yang sama dimana antara orang tua dan anak tidak terlihat adanya perbedaan peranan dalam hal penentuan arah oleh karena dalam mengambil keputusan orang tua dan anak memiliki hak yang sama.
Pola asuh yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada tiga pola asuh yang diungkapkan Diana Baumrind dalam devpsy.org (1966) yaitu Authoritarian Parents (otoriter), Permissive/Indulgent Parents (permisif) dan Authoritative Parents (demokratis).
  1. Authoritarian parents. Orang tua berusaha untuk membentuk, mengontrol dan mengevaluasi perilaku dan sikap anak sesuai dengan standar etika, biasanya berupa standar mutlak, motivasi teologis dan nilai normatif yang diyakini. Sedangkan anak harus menurut pada kehendak orang tua yang biasanya terdapat hukuman (hukuman badan) apabila anak tidak mau menurut pada orang tua (Soesilowindradini). Anak yang dididik secara otoriter akan membentuk anak menjadi rendah diri atau menarik diri, gelisah, tergantung, pasif dan keyakinan diri rendah serta kemampuan adaptasi sosial yang rendah. Disisi lain anak yang dididik secara otoriter justru cenderung kurang suka berperilaku anti sosial dan berprestasi.
  2. Permissive parents. Orang tua membiarkan saja anak mengerjakan apa yang dikehendakinya dengan pemikiran bahwa anak akan belajar sendiri hal-hal mana yang baik dan yang tidak benar sesuai dengan akibat perbuatannya sendiri (Soesilowindradini). Orang tua berusaha untuk bersikap tidak menghukum, menerima dengan cara menyetujui kehendak, keinginan dan tindakan anaknya. Pola asuh yang permisif ini cenderung membentuk anak menjadi kurang dapat mengatur emosi (kematangan emosional), memberontak dan menantang jika keinginannya tdak terpenuhi, kurang bertanggung jawab menghadapi tugas-tugas yang bersifat menantang serta memiliki perilaku yang cenderung antisosial.
  3. Authoritative parents. Orang tua memberi kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapatnya, menentukan dan mengambil keputusan bersama dengan orang tua, akan tetapi orang tua masih melakukan pengawasan dalam hal pengambilan keputusan akhirnya (Gunarsa, 1981). Ada tingkat kesederajatan yang sama antara orang tua dan anak dalam pola asuh ini sehingga tidak ada batasan komunikasi diantara keduanya tetapi setara seperti layaknya teman bahkan sahabat (Manuhutu, 2003). Anak yang dididik secara demokratis akan cenderung menjadi anak yang bertanggung jawab, percaya diri, memiliki penguasaan dan penyesuaian diri yang baik terutama dalam kemampuan sosialnya. Seorang anak yang diasuh secara otoriter juga cenderung kritis atas keingintahuannya secara intelektual karena jiwa eksplorasi dan kreativitas yang dimilikinya (Baumrind dalam lpcl.clpccd.cc.ca.us, 1966).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk pola asuh orang tua mencakup 3 jenis yaitu: pola asuh otoriter (Authoritarian Parents), permisif (Permissive Parents) dan demokratis (Authoritative Parents). Untuk melihat lebih jauh tentang pola pengasuhan orang tua terhadap anak, maka peneliti menggunakan persepsi anak terhadap pola asuh orang tua.

Tidak ada komentar: