Sabtu, 24 November 2012

Judul Skripsi Lingkungan: Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

1.      Sistem Operasional
Ada dua macam sistem operasional sampah, yakni sistem mikro dan sistem makro. Sistem Mikro adalah pengumpulan sampah dari sumber sampah ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Sistem Makro adalah pengangkutan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan pengelolaan sampah dilakukan di TPA (Notoatmodjo, 1996: 169).
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Kegiatan pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transpor, pengolahan dan pembuangan akhir (Kuncoro Sejati, 2009: 24).
2.      Metode Pembuangan Akhir Sampah
a.       Metode Open Dumping
Open dumping adalah sampah yang ada hanya ditempatkan begitu saja hingga kapasitasnya tidak lagi terpenuhi. Teknik ini berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lingkungan (Kuncoro Sejati, 2009: 26).
Keuntungan:
1)      Mudah dilaksanakan karena tidak membutuhkan metode pengerjaan yang khusus.
2)      Lahan yang tersedia tidak memerlukan konstruksi khusus.
3)      Biaya murah dalam operasional dan pemeliharaan.
Kerugiannya:
1)      Luas lahan yang dibutuhkan cukup besar.
2)      Kurang memperhatikan segi estetika terhadap lingkungan.
3)      Dapat menimbulkan bau dan gangguan adanya penyebaran vektor penyakit.
4)      Kurang memperhatikan segi perlindungan lingkungan karena hasil dekomposisi sampah (leachate) dapat mencemari air tanah.
b.      Metode Controlled Landfill
Metode ini adalah menimbun sampah pada daerah tersebut sampai pada ketinggian yang dikehendaki atau bisa dengan penggalian tanah sebagai tempat pembuangan sampah, kemudian tumpukan sampah itu ditimbun dengan lapisan tanah dan dilakukan pemadatan dengan menggunakan alat berat (Anonim, 1995).
Keuntungan:
1)      Mudah dilaksanakan karena menggunakan metode yang sederhana.
2)      Lahan yang tersedia tidak memerlukan konstruksi.
3)      Murah dalam operasi dan pemeliharaan karena sistem yang digunakan tidak terlalu kompleks.
4)      Tidak menimbulkan dampak negatif bagi estetika kota, sebab sampah tersebut tidak tersebar sembarangan.
5)      Tidak menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan lingkungan karena gangguan bau sampah dapat dihindari dan berkurangnya vektor penyebab penyakit.
Kelemahan:
1)      Memerlukan daerah yang cukup besar untuk lokasi pembuangan akhir.
2)      Memerlukan anggaran biaya yang khusus untuk pembayaran tenaga operasional dan pemeliharaan alat.
c.       Metode Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Syarat sanitary landfill yang baik adalah sebagai berikut:
1)      Tersedia tempat yang luas.
2)      Tersedia tanah untuk menimbunnya.
3)      Tersedia alat-alat besar.
Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai dapat dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran, dan sebagainya (Budiman Chandra, 2007: 116).
d.      Incineration
Incineration atau insinerasi adalah suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik.
Keuntungan:
1)     Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
2)     Tidak memerlukan ruang yang luas.
3)     Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.
4)     Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Kerugian:
1)     Biaya besar
2)     Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.

Tidak ada komentar: