Senin, 27 Juli 2009

Judul Skripsi Psikologi: Penyusunan Skala Psikologi sebagai Alat Ukur (Tips Penyusunan Penelitian Kuantitatif)



Bagi para mahasiswa yang akan menyusun sebuah skala baik dalam bidang psikologi maupun ilmu-ilmu lainnya seperti kedokteran maupun pendidikan, skala akan menentukan bagaimana kelanjutan sebuah penyusunan naskah penelitian yaitu bagian analisa dan pembahasan. Pada akhirnya skala akan membantu anda untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah dikaitkan dengan data lapangan yang telah anda peroleh. Boleh dibilang skala merupakan ”nyawa” dari sebuah penelitian psikologi karena disinilah merupakan titik tengah yang menetukan apakah proposal dan pembahasan relevan.
Semakin tepat isi skala yang anda susun maka item pertanyaan bisa digunakan sebagai jawaban rumusan permasalahan dalam penelitian. Tapi jika tidak maka skala tidak bisa digunakan sebagai alat ukur yang menjawab rumusan masalah. Pemahaman secara mudah untuk mengukur apakah skala yang anda susun tepat atau tidak maka didasarkan pada relevansi item pada skala dengan jawaban di rumusan permasalahan.
Untuk menyusun skala yang tepat maka anda harus memberikan ketepatan pula dalam teori yang anda gunakan. Artinya suatu skala yang umumnya dicantumkan dalam metode penelitian tidak bisa terlepas dari tinjauan pustaka yang anda susun sebelumnya. Bagaimana pengertiannya? Apa aspeknya? Bentuk, karakteristik dan lain sebagainya. Ke semuanya akan membantu skala yang anda akan susun. Tidaklah mungkin suatu skala disusun tanpa kelengkapan tinjauan pustaka. Semakin lengkap anda menyusun tinjauan pustaka maka semakin mudah anda menyusun skala.
Bila sudah mencapai tahap penyusunan suatu skala, maka anda harus mengerti beberapa karakteristik skala sehingga skala anda akan semakin tepat (Azwar, 1997). Karakteristik tersebut adalah:
1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.
2. Dikarenakan atribut diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu berisi banyak aitem.
3. Respon subyek tidak diklasifikasi sebagai jawaban ”benar” atau ”salah”. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan di interpretasikan berbeda pula.
Ketidaktepatan suatu skala dalam mengungkapkan jawaban bagi rumusan masalah dapat diungkapkan dalam analisa validitas Validitas adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengungkapkan dengan tepat dan dapat menunjukkan dengan sbenarnya gejala-gejala atau bagian dari gejala yang hendak diukur. Suatu alat ukur dapat memiliki validitas tinggi apabila alat tersebut mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran pada alat penelitian tersebut (Kerlinger dalam Arikunto, 1989). Beberapa hal yang menyebabkan validitas lemah adalah :
1. identifikasi kawasan ukur yang tidak jelas
2. operasionalisasi konsep yang tidak tepat
3. penulisan aitem yang tidak mengikuti kaidah
4. administrasi skala yang tidak berhati-hati yang berarti tampilan skala, kondisi subjek, kondisi testing
5. pemberian skor yang tidak cermat
6. interprestasi yang keliru

Tidak ada komentar: